JAKARTA – Insiden listrik padam di sejumlah wilayah Jawa termasuk Jakarta pada awal Agustus 2019 yang lalu merupakan peristiwa yang tidak terduga. Pemadaman listrik yang terjadi akibat adanya gangguan pada transmisi SUTET 500kv PT PLN (Persero) di Jawa Barat, gas turbin 1 hingga 6 Suryalaya mengalami trip dan gas turbin 7 yang mengalami off menyebabkan aktivitas di seluruh wilayah yang terkena dampak terhenti dan menimbulkan chaos.

Rumah tangga, dunia usaha hingga pelayanan publik mengalami kerugian besar tidak hanya kerugian material namun juga immaterial. Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia menyampaikan pemadaman lampu yang mencapai lebih dari 12 jam itu diperkirakan menimbulkan kerugian hingga mencapai triliunan rupiah untuk sektor usaha dan layanan publik.

Pertanyaan publik yang kemudian muncul adalah apakah insiden seperti ini tidak dapat diprediksi sebelumnya? Apakah ada solusi yang dapat dilakukan untuk dapat mengantisipasi kejadian pemadaman seperti ini agar tidak terulang di kemudian hari?

Xavier Denoly, Country President Schneider Electric Indonesia, mengatakan di era digitalisasi seperti saat ini keberlangsungan ketersediaan listrik menjadi kebutuhan yang sangat penting lebih dari sebelumnya. Layanan transportasi publik seperti MRT dan KRL, layanan komunikasi, layanan pembayaran digital, semuanya membutuhkan listrik untuk pengoperasiannya. Namun harus diakui, sebagian besar jaringan listrik yang ada saat ini di hampir seluruh dunia sudah berusia puluhan tahun dan dibangun dengan spesifikasi ketika kebutuhan akan listrik masih sederhana.

“Tuntutan energi listrik yang terus berubah dan meningkat mengharuskan dilakukannya modernisasi di jaringan listrik agar menjadi lebih pintar (smart grid),” kata Xavier di Jakarta Jumat (30/8).

Salah satu karakteristik utama dari smart grid adalah self-healing capabilities atau kemampuan sistem jaringan listrik untuk mengidentifikasi gangguan dan melakukan perbaikan secara otomatis sehingga meminimalkan terjadinya pemadaman. Hal ini dimungkinkan dengan penyebaran sensor, perangkat cerdas serta kontrol otomatis termasuk pemanfaatan teknologi baru seperti Advanced Distribution Management Systems (ADMS) dan Fault location, isolation, and service restoration (FLISR).

ADMS memungkinkan jaringan listrik melakukan pemantauan komprehensif, analisis, kontrol, optimisasi, perencanaan dan evaluasi status dan kondisi jaringan untuk mengidentifikasi potensi gangguan dalam satu platform. FLISR memungkinkan sistem jaringan listrik menyalakan kembali dalam waktu singkat dengan mendeteksi lokasi gangguan dengan cepat menggunakan informasi yang real-time, mengkonfigurasi ulang aliran listrik untuk memasok daya ke bagian-bagian yang tidak aktif dari jaringan distribusi, dan mengurangi terjadinya pemadaman.

Otomatisasi cerdas ini memungkinkan pemantauan dan pengambilan keputusan yang lebih efektif tanpa campur tangan manusia. Hasil keseluruhannya adalah jaringan listrik yang lebih andal yang memaksimalkan waktu kerja dan meningkatkan efisiensi dan keamanan sistem jaringan.

Beberapa negara di Eropa dan Amerika telah mengadopsi teknologi smart grid ini untuk sistem distribusi jaringan listriknya. ENEL, perusahaan listrik terbesar di Eropa, lebih dari 110.000 gardu induknya dilengkapi dengan menggunakan EcoStruxure™ Grid dari Schneider Electric yang dapat melakukan isolasi kesalahan dengan cara yang sepenuhnya otomatis dan terdesentralisasi. Tidak hanya itu ENEL dapat mengurangi kehilangan energi listrik sekitar 144 GWh per tahun, setara dengan listrik yang dikonsumsi oleh sekitar 50.000 rumah tangga di Italia setiap tahunnya.

Republik Ekuador di Amerika Selatan, dengan permukaan tanah hampir 110.000 mil persegi dan lanskap yang beragam termasuk hutan Amazon, dataran tinggi Andean, Kepulauan Galápagos yang kaya margasatwa serta populasi lebih dari 16,6 juta orang, stabilitas daya listrik telah lama menjadi masalah. Modernisasi jaringan listrik yang dilakukan oleh Pemerintah Republik Ekuador dengan memanfaatkan EcoStruxure™ Grid meningkatkan visibilitas ke jaringan distribusi dari 5% menjadi 94% dan menjadi pondasi dalam strategi pengelolaan energi yang lebih maju, keandalan jaringan dan efisiensi. Tidak hanya itu, Republik Ekuador juga dapat memadukan energi terbarukan dengan lebih mudah.

Tata Power, perusahaan listrik dari India mengadopsi pendekatan kontrol yang didesentralisasi untuk mengelola pemadaman listrik dengan teknologi smart grid dari Schneider Electric yang mengotomatisasi pemulihan daya dalam waktu kurang dari 20 detik.

Xavier menambahkan, teknologi smart grid seperti EcoStruxure™ Grid dapat memaksimalkan potensi penuh dari jaringan listrik dan memberikan pengawasan yang lebih baik dengan kemampuan perbaikan diri secara otomatis sehingga insiden pemadaman listrik dapat diminimalisir.

“Ke depannya, teknologi smart grid juga dapat mengakomodasi kebutuhan pengelolaan energi masa depan yang mengintegrasikan energi terbarukan dan mendukung pengembangan kendaraan listrik dalam skala besar,” tandas Xavier.(RA)