JAKARTA – Sebagai negara dengan populasi sepeda motor terbesar ke-3 di dunia, industri sepeda motor listrik di Indonesia menunjukkan peluang besar sebesar $19,2 Miliar baik dari sudut pandang produsen maupun distribusi energi. Dalam riset electric vehicle white paper bertajuk “An Electric Revolution: The Rise of Indonesia’s E-Motorcycle”, yang disusun oleh Deloitte Indonesia, berkolaborasi dengan Foundry, terlihat jelas peta industri pemain motor listrik, serta analisis lebih dalam mengenai opsi dan dilema adopsi motor listrik seperti: charging atau swapping, perbandingan biaya dan infrastruktur untuk berbagai model yang ada, serta pandangan dari sisi regulasi.

Sejak tahun 2019, pemerintah Indonesia terus memberlakukan peraturan untuk memberikan insentif kepada konsumen, mengurangi biaya produksi, dan mempercepat infrastruktur kendaraan roda dua listrik untuk mencapai targetnya pada tahun 2030 dengan target 31.000 stasiun pengisian daya, 67.000 stasiun pertukaran, 30% penjualan sepeda motor terdiri dari listrik, dan 13,5 juta sepeda motor elektronik di jalan.

Agus Tjahajana, Staf Khusus Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan pada dasarnya ada beberapa hambatan motor listrik yang saya temui yaitu termasuk adopsi, standarisasi baterai dan jarak tempuh yang terbatas. Tetapi bila diperkuat dengan sistem swapping baterai tentu akan bisa mempercepat transisi dan adopsi motor listrik.
“Maka dari itu, kita perlu swap station yang tersebar di berbagai titik untuk kenyamanan penggunanya. Kita tidak dapat membandingkan motor listrik dengan motor bensin yang sudah ada sejak 40 tahun yang lalu,” kata Agus dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa (12/9).

Erwin Arifin, Director of Research, Foundry menjelaskan bahwa riset ini bertujuan untuk memetakan perkembangan dan peluang industri motor listrik di Indonesia, bagi para stakeholder terkait. “Sebagai ekosistem platform, kami melihat sinergi yang solid sangat dibutuhkan untuk bersama-sama memecahkan masalah, memberikan solusi, dan memajukan perkembangan industri motor listrik di Indonesia,” kata dia.

Nindito Reksohadiprodjo, Partner, Deloitte Indonesia, menyampaikan target sepeda motor listrik 13,5 juta yang ambisius mengalami peningkatan 15,4x dalam 2 tahun terakhir. Beberapa pemain di industri ini telah menjadi pusat perhatian dalam industri sepeda motor listrik di Indonesia, dan masing-masing perusahaan berkontribusi terhadap transformasi cepat lanskap transportasi nasional.

“Kami berharap riset ini dapat membantu para pemain untuk menavigasi pertumbuhan industri, karena peralihan ke mobilitas listrik tidak hanya mengatasi tantangan mobilitas perkotaan tetapi juga berkontribusi terhadap kelestarian lingkungan,” ujar Nindito.

Sementara itu, Irwan Tjahaja, Founder & CEO SWAP Energi, menuturkan sebagai salah satu pemain di industri baterai swapping dan motor listrik, SWAP Energi berkomitmen dan berpartisipasi aktif dalam mengejar yang telah dicanangkan juga oleh pemerintah.
Menurut dia dengan 1.500 swap station yang sudah tersebar di seluruh Indonesia, SWAP optimistis bisa mempercepat penempatan 5.000 titik penukaran baterai.
“Sehingga memudahkan para pengguna motor listrik untuk beralih ke moda transportasi yang lebih eco-friendly,” ungkap Irwan.

Fadli Rahman, Director of Strategic Planning and Business Development, Pertamina New & Renewable Energy, menegaskan dalam proses adopsi kendaraan listrik skala besar, perlu juga dipertimbangkan manajemen sumber daya alam dari awal hingga akhir.
“Tentunya setelah produksi dan penggunaan baterai, perlu dipikirkan dari sekarang bagaimana proses utilisasi/daur ulang dari baterai tersebut. Mulai dari energy storage, cell recycling dan upaya lainnya guna menjaga keberlanjutan ekosistem secara keseluruhan,” ujar Fadli.

Adapun, katalis yang diperlukan untuk adopsi EV yang lebih cepat meliputi Infrastruktur Distribusi Energi, Insentif dari pemerintah, standarisasi baterai motor listrik, serta pajak karbon pemerintah & kredit pajak kendaraan listrik.

Philippe Auberger, CEO Lazada Logistics Indonesia, meyatakan sebagai perusahaan yang peduli dengan sustainability, Lazada juga memahami pentingnya motor listrik. Lazada telah melakukan berbagai inisiatif; “Dua diantaranya adalah penggunaan kardus alternatif yang lebih ramah lingkungan untuk pengiriman dan juga menargetkan 50% konversi penggunaan motor bensin menjadi motor listrik,” ujar Phillippe.

Download riset