JAKARTA – PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR) menegaskan bakal memproduksi produk turunan mineral berupa alumunium yang ramah lingkungan. Namun untuk mencapai itu masih butuh proses. Utamanya adalah menunggu selesainya pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Mentarang.

Christian Ariano Rachmat, Presiden Direktur Adaro Minerals Indonesia, mengungkapkan bahwa perusahaan tidak melakukan praktik greenwashing. Tudingan itu semata-mata dilontarkan hanya karena Adaro memanfaatkan tenaga batu bara untuk operasional pabrik smelter alumunium nanti. Padahal kondisi itu hanya sementara sampai PLTA rampung.

“Kita bilang ‘lho kita bukan greenwashing, jelas-jelas kita bilang kok aluminium ini akan dibangun pembangkitnya dari batu bara. Kenapa dari batu bara? karena hidronya baru jadi 2030,” ujar Ariano dalam konferensi pers, Rabu (10/5).

Menurut dia sebagian besar produksi Alumunium di dunia juga masih menggunakan tenaga batu bara. Apalagi selama ini alumunium yang digunakan Indonesia didatangkan dari China juga diproduksi masih menggunakan batu bara.

Sehingga menurut Ariano apa yang dilakukan Adaro bukan hal yang melanggar aturan. Apalagi penggunaan batu bara sifatnya hanya sementara.

“Anyway aluminium (impor) yang sekarang dipakai juga beli dari China, di China dibuatnya pakai batu bara. Bahwa pakai batu bara dulu, yes (iya), kita gak bohongin orang bilang bahwa ini green aluminium, (tapi) akan green aluminium tapi ada stepnya,” kata dia.

PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR) melalui anak usahanya yang menguasai saham di PT Kalimantan Aluminium tengah menggarap proyek smelter alumunium senilai US$ 2 miliar di Kalimantan Utara. Adaro Minerals menargetkan proyek smelter tersebut dapat rampung tepat waktu di 2025 mendatang. (RI)