JAKARTA – Pemerintah akhirnya memberikan insentif kepada Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS). Ada tiga perencanaan pengurasan cadangan migas yang telah disetujui oleh pemerintah dalam hal ini Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).

Jaffee Arizona Suardin, Deputi Perenanaa Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas),  mengungkapkan ada tiga Massive Depletion Plan (MDP) yang kini sedang menanti persetujuan pemerintah dan akan diberikan  tidak lama lagi. Tiga MDP yang diusulkan tersebut mengandung cadangan yang siap diproduksikan mencapai 450 juta barel setara minyak yang berasal dari dua lapangan. Total tambahan cadangan untuk minyak dari dua lapangan tersebut sebesar 138 juta barel minyak menjadi 178 juta minyak, padahal tadinya hanya 40 juta barel.

Selain minyak, ada pula tambahan cadangan gas mencapai 1,7 Triliun Cubic Feet (TCF) menjadi 2,4 TCF padahal sebelumnya hanya 0,682 TCF.

Menurut Jaffee, jumlah tersebut terbilang sangat besar untuk ukuran lapangan yang sudah tua. Karena untuk saat ini rata-rata Plan of Development (PoD) lapangan baru jumlah cadangan yang mau diproduksikan berkisar 200 juta barel.

“Dua lapangan yang tadinya besar sekarang enggak besar lagi dengan insentif disetujui minyaknya naik (cadangan yang siap diproduksi) 138 juta barel, PoD yang masuk paling 200 juta-250 juta barel minyak. Ini dari dua saja 138 juta barel. untuk gas naik 1,7 TCF setara semua produksi Pertamina selama tiga tahun untuk gas,” kata Jaffee dalam diskusi virtual, Kamis (12/11).

Jaffee mengatakan dua lapangan tersebut diusulkan untuk ditambah insentifnya sehingga bisa masuk secara keekonomian untuk dikerjakan atau diproduksikan minyak dan gasnya. Dengan adanya tambahan cadangan tersebut maka umur dua lapangan itu juga bertambah sekitar 14 tahun. “Misalnya 2023-2024 sudah tidak ekonomis untuk didevelop, ini naik sampai 10-14 tahun,” tukasnya.

Selain itu, akan ada pergerakan aktivitas cukup signifikan dari persetujuan tambahan insentif tersebut. SKK Migas sudah mendata bahwa bisa ada tambahan aktivitas di 1.500 sumur di dua lapangan yang mendapatkan insentif tersebut padahal tadinya hanya sekitar 85 sumur. Sehingga total kegiatan melonjak aktivitasnya menjadi di 1.585 sumur. Proposal tersebut untuk program kerja pada 2021 dan 2022.

“Untuk produksi ini butuh (tambahan) 1.500 sumur. Banyak kegiatan yang bisa dilakukan untuk gairahkan industri migas indonesia. ini baru di dua lapangan,” ungkap Jaffee.

Namun Jaffee menolak menyebut lapangan mana saja yang mendapatkan insentif tambahan tersebut. Pasalnya saat ini sedang dalam tahap evaluasi akhir, meski Kementerian ESDM sudah memberikan lampu hijau dan tinggal menunggu pengumuman resmi saja.

Anto Sunaryanto, Vice President Drilling and Well Intervention Pertamina Hulu Energi (PHE) Subholding Upstream Pertamina menyambut baik adanya tambahan insentif bagi kontraktor. Dia menuturkan salah satu blok yang mendapatkan insentif berupa penambahan split atau bagi hasil adalah Blok Mahakam.

Anto mengapresiasi kebijakan pemerintah yang mau membuka diri untuk mendiskusikan bagi hasil tambahan sebagai insentif kepada blok-blok yang sudah mature.

“Waktu pembahasan insentif Mahakam saya ikut hingga insentif diberikan. Split lebih bagus, kami bisa lebih banyak reserve ke produksi (R to P),” ungkap dia.

Menurut Anto, Pertamina telah mengajukan tambahan split untuk beberapa wilayah kerja atau blok migas yang dikelola dan sedang menantikan keputusan dari pemerintah. Jika insentif kembali diberikan maka Pertamina akan langsung tancap gas meningkatkan program kerjanya di blok-blok tersebut.

“Kami sedang menunggu jawaban pemerintah untuk beberapa WK (blok migas). Kalau Desember 2019 – Januari 2020 bisa dapat jawaban pasti berapa yang yang didapat (tambahan split) kami akan lebih banyak lagi (kegiatan). Memang belum resmi tapi saya sudah dengar insentif sudah disetujui (menteri),” ujar Anto.

Taufik Adityawarman, Direktur Pengembangan dan Produksi PT Pertamina Hulu Energi (PHE), sebelumnya menyebutkan blok yang sudah diusulkan ke pemerintah antara lain Blok Mahakam dan Sanga Sanga. Lalu ada Blok East Kalimantan, Offshore North West Java (ONWJ), dan Offshore Southeast Sumatra (OSES) yang juga sedang dikaji untuk mendapatkan split tambahan.

Tentunya dengan keekonomian yang lebih baik, akan memaksimalkan monetisasi potensi-potensi yang ada di blok migas tersebut, meningkatkan cadangan dan produksi ke depannya,” kata Taufik.(RI)