JAKARTA – Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas (SKK Migas) Dwi Soetjipto mendukukung optimasi kegiatan di HSE Training Center (HSE TC) milik PT Pertamina di Sungai Gerong, Plaju, Palembang. SKK Migas akan ikut ambil bagian dengan memonitor kegiatan HSE TC Sungai Gerong sekaligus juga mengembalikan kejayaan HSE Training Cente Sungai Gerong dengan mengirmkan pekerja migas dari KKKS di luar Pertamina untuk mengikuti pelatihan di sana.

Lebih jauh Dwi menjelaskan, di industri migas, performance HSSE merupakan kinerja nomor pertama yang dilihat sebelum produksi, lifting ataupun revenue. Karena itu HSSE merupakan prioritas utama dalam industri migas yang memiliki risiko tinggi.
Kriteria utama yang menentukan apakah sebuah perusahaan migas masuk dalam kategori perusahaan kelas dunia, dilihat dari kinerja HSSE.

Kinerja HSSE sebuah perusahaan migas dikatakan bagus, jika disokong oleh adanya pelatihan rutin yang dilakukan, dengan mengikuti standar-standar perusahaan migas kelas dunia. Pelatihan HSSE harus teruis dijalankan, baik adanya kejadian blow up dan sebagainya atau tidak adanya kejadian kecelakaan.

“Kita tidak pernah tahu kapan kejadian (kecelakaan) terjadi. Karena itu, kita semua harus siap melalui pelatihan rutin yang dilakukan,” jelas Dwi lagi.

Menurut dia lagi, kegiatan training HSSE di industri migas seharusnya tidak boleh mati, harus tetap hidup dan bertumbuh. “Kalau ada informasi kegiatan training HSSE mati suri, ini sebenarnya pukulan dan kritik bagi pelaku usaha di sektor migas,” demikian jelas mantan Direktur Utama Pertamina ini.

Secara khusus, Dwi mengaku akan memberikan perhatian terhadap kegiatan HSE Training Center milik Pertamina di Sungai Gerong. Pelatihan HSE tersebut, tidak hanya untuk internal Pertamina, tetapi juga bagi pelaku usaha hulu migas di luar Pertamina. “Insya Allah ini (pelatihan HSSE) akan jadi KPI kami,” tegas dia.

Kegiatan pelatihan HSE seperti di Sungai Gerong, Imbuh Dwi, sejalan dengan program SKK Migas melalui integrated operation center (IOC). IOC merupalan sebuah ikhtiar yang dilakukan SKK Migas dalam rangka mewujudkan visi besar mencapai produksi 1 juta barrel pada 2030. Untuk dapat merealisasikan visi 2030 tersebut, aktivitas usaha hulu migas harus berjalan dengan baik, tanpa ada kejadian yang justru menghambat laju produksi.

Melalui IOC, SKK Migas dapat memantau secara real time kegiatan pengeb oran dan aktivitas lainnya di lapangan. Dari ruangan IOC ini, SKK bisa memantau aktivitas 20 KKKS yang mewakili 85 persen perusahaan KKKS yang beroperasi di Indonesia.

“Target produksi bisa tercapai, jika aspek HSSE bisa dijalanakan dengan baik. HSSE bisa berjalan dengan baik, jika kegiatan-kegiatan training terus dilakukan,” pungkas dia.

HSE TC Sungai Gerong milik Pertamina, mulai didirikan pada 1975. Kegiatan pelatihan mulai dilakukan pada 1978. Dahulu, tempat ini merupakan training HSE terbaik dan terlengkap se Asia Tenggara. Hampir semua perusahaan migas yang beroperasi di Indonesia mengirimklan karyawan untuk melakukan pelatihan HSSE di Sungai Gerong.

Kegiatan pelatihan HSE di Sungai Gerong atau yang dahulu lebih dikenal sebagai tempat pelatihan Fire Fighting, mencapai masa jaya sampai tahun 1985. Setelah mati suri dan nyaris tanpa ada kegiatan seperti sebelumnya.

Pada 2010, HSE TC Sungai Gerong dihidupkan kembali. Dan sampai saat ini terus berjalan, dengan terus melakukan perbaikan kurikulum, mengikuti standar industri migas internasional. Baik perbaikan kurikulum ataupun juga instruktur profesional.

Sampai saat ini, HSE TC Sungai Gerong masih meruipakan lokasi HSE TC terbesar dengan laus lahan 26 hektare dan fasilitas pendukung yang sangat lengkap.(AP)