JAKARTA – Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) menargetkan proses pengembangan proyek Indonesia Deepwater Development (IDD) atau proyek migas laut dalam bisa kembali bergulir tahun depan dengan Eni sebagai operator baru yang menggantikan PT Chevron Pacific Indonesia.

Dwi Soetjipto, Kepala SKK Migas, mengungkapkan telah mendapat informasi dari Chevron bahwa proses pengalihan hak partisipasi (participating interest/PI) proyek IDD ke Eni hanya tinggal menyisakan masalah administrasi. Dengan selesainya pengalihan PI IDD maka tahun depan operator baru bisa langsung menyodorkan rencana pengembangan (Plan of Development/PoD)

“Info dari Chevron sudah diskusi dengan Eni tentang alih kelola blok. Saya harap adminstrasi proses selesai akhir 2020. Tahun depan akan ada revisi PoD,” kata Dwi disela diskusi virtual, Kamis (19/11).

Dwi mengatakan SKK Migas menyambut baik jika Eni resmi mengambil alih dan menjadi operator proyek IDD karena dari sisi fasilitas produksi perusahaan dari Italia itu dinilai sudah siap. Salah satu manfaat bagi Eni adalah dengan bertambahnya umur operasi dari fasilitas produksinya seperti Floating Production Unit (FPU) Jangkrik.

“Jika Eni sukses mengambil alih proyek ini ada integrasi fasilitas dengan Eni Muara Bakau dan Merakesh (blok East Sepinggan) di sana. ini akan diutulisasi dan menambah lifetime Jangkrik,” ungkap dia.

Menurut Dwi dengan kesiapan infrastruktur yang dimiliki Eni maka target yang dicanangkan pemerintah agar proyek IDD bisa segera dikembangkan dan selesai atau mulai produksi gas pada tahun 2025 juga bisa dicapai. Selain itu Eni juga bisa menekan biaya pengemabangan.

“Kami percaya jika Eni lebih baik dan efisien. Eni sudah punya fasilitas yang terintegasi dengan IDD. Jadi IDD bisa kembali bergulir tahun depan, target gas mulai produksi pada 2025,” kata Dwi.

Proyek IDD tahap II akan menggabungkan dua lapangan migas, yakni Lapangan Gendalo, Blok Ganal dan Gehem, Blok Rapak. Pengembangan tahap II ini mendesak untuk segera dilanjutkan, apalagi kontrak blok Rapak dan Ganal juga akan berakhir pada 2027 dan 2028.

Berdasarkan data SKK Migas, proyek IDD tahap II adalah proyek pengembangan lapngan Gendalo – Gehem dan diproyekso bisa berproduksi hingga 844 juta kaki kubik per hari atau million standard cubic feet per day (scfd) gas dan minyak 27 ribu barel per hari (bph). Proyek tersebut sedianya akan beroperasi pada kuartal IV 2025.

Chevron (sebagai operator) memegang 63% hak partisipasi di Proyek IDD (secara agregat), bersama mitra joint venture lainnya, yaitu Eni. Tip Top, Pertamina Hulu Energi, dan para mitra Muara Bakau. Pengembangan Gendalo-Gehem termasuk pengembangan dua hub terpisah masing-masing memiliki FPU, pusat pengeboran bawah laut, jaringan pipa gas alam dan kondensat, serta fasilitas penerimaan di darat. Rencananya gas alam hasil produksi dari proyek IDD akan dijual untuk kebutuhan dalam negeri dan diekspor dalam bentuk gas alam cair.(RI)