JAKARTA – PT Pertamina (Persero) akan mulai meningkatkan produksi aromatik dari fasilitas kilang petrokimia Trans Pacific Petrochemical Indotama (TPPI) pada tahun ini. Nicke Widyawati, Direktur Utama Pertamina, mengatakan untuk tahun ini produksi aromatik akan ditingkatkan hingga sekitar sembilan ribu ton dari produksi tahun lalu.

“Mulai 2020 sesuai Rencana Kerja Anggaran Perusahaan (RKAP), Pertamina akan meningkatkan produksi aromatik kilang TPPI dari saat ini 46 ribu ton menjadi 55 ribu ton,” kata Nicke, Senin (13/1).

Menurut Nicke, peningkatan produksi kilang TPPI bisa dilakukan setelah Pertamina menguasai saham mayoritas Tuban Petro hingga 51%. Restrukturisasi Tuban Petro merupakan bagian dari kilang Pertamina yang mengutamakan aspek fleksibilitas (flexibility), di mana mode kilang bisa beralih, baik mode petrokimia ataupun mogas. Hal ini membuat produksi kilang dapat menyesuaikan dengan permintaan pada saat beroperasi.

Untuk jangka panjang, TPPI akan diintegrasikan dengan kilang Gross Root Refinery (GRR) Tuban yang sekarang masih dalam tahap persiapan pembangunan.

Dengan adanya pasokan bahan baku yang terintegrasi antara satu kilang dengan kilang lainnya, diharapkan juga bisa meningkatkan efisiensi baik sisi pengeluaran operasional maupun pengeluaran modal, sehingga meraih keuntungan (profitability) yang maksimal. Selain itu, dengan tingkat profitability yang maksimal, maka proyek-proyek kilang Pertamina mampu menjadi bisnis yang berkelanjutan (sustainability) ke depannya.

Apalagi peluang pasar bisnis petrokimia saat ini sekitar Rp40 triliun-Rp50 triliun per tahun. Selain itu bisnis petrokimia juga mempunyai margin lebih tinggi dibanding BBM.

“Jadi jelas bahwa proyek kilang kami yang sedang berjalan akan menjadi bisnis yang berkelanjutan karena dapat menyesuaikan dengan kebutuhan pasar dan didukung integrasi, baik sesama kilang maupun infrastruktur Pertamina lainnya,” ungkap Nicke dalam keterangan tertulisnya.

GRR Tuban dibangun bersama dengan Rosneft perusahaan asal Rusia. Nantinya akan memiliki fasilitas produksi petrokimia dengan produk polypropylene sebanyak 1.205 ktpa, paraxylene 1.317 ktpa dan polyethylene 750 ktpa.

“Pertamina memiliki kapasitas dan kompetensi untuk meningkatkan daya saing industri petrokimia nasional. Pertamina siap untuk mengurangi ketergantungan impor produk petrokimia melalui pengembangan bisnis petrokimia yang terintegrasi,” kata Nicke.

Pertamina sendiri sudah siapkan rencana lain dalam pengembagan TPPI yakni dengan membangun Olefin Center yang bisa memproduksi High Density Polyethylene (HDPE) 700 ribu ton, Low Density Polyethylene (LDPE) 300 ribu ton per tahun dan Polipropilena (PP) 600 ribu ton per tahun.

Total kebutuhan investasi pengembangan tersebut mencapai US$ 3,8 miliar. Perseroan berencana untuk kembali menggandeng mitra untuk membangun fasilitas terbaru yang ditargetkan rampung pada 2024.(RI)