JAKARTA – Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) menyatakan kesepakatan antara PT Pertamina (Persero) dan PT Chevron Pacific Indonesia tentang mekanisme transisi Blok Rokan bisa tercapai pada akhir Januari 2020.  Salah satu poin utama yang sekarang menjadi fokus pembahasan Pertamina-Chevron adalah tentang hak dan kewajiban masing-masing pihak jika Pertamina melakukan transisi lebih awal di Blok Rokan.

“Ditargetkan akhir Januari bisa seattle antara Pertamina sama Chevron,” kata Dwi ditemui disela Rapat Dengar Pendapat SKK Migas dengan Komisi VII DPR, Kamis (16/1).

Dwi mengatakan jika transisi dilakukan pada tahun ini, maka harus ada pengalihan hak dan kewajiban Blok Rokan kepada kontraktor baru. Jika Pertamina berinvestasi lebih awal maka seharusnya Pertamina juga menerima hasil dari investasi tersebut. Disisi lain, Pertamina juga harus melakukan kewajiban yang seharusnya dipenuhi Chevron.

“Kalau lebih awal (transisi) itu kan berarti apa yang tadi benefit diterima Chevron itu dipindahkan, benefitnya diterima Pertamina. Kalau kewajiban yang akan dipikul Chevron di akhir periode juga harus dipikul Pertamina. Itu kan harus kita hitung juga,” ungkap Dwi.

Kontribusi Blok Rokan sangat signifikan terhadap produksi minyak nasional. Jika tidak ada transisi alih kelola pada tahun ini maka hampir pasti dipastikan 2020 dan 2021 produksi Blok Rokan akan anjlok drastis. Bahkan bardasarkan kalkulasi SKK Migas penurunan produksi bisa mencapai 20 ribuan barel per hari (bph).

Dalam Work Plan & Budget (WP&B) 2020, produksi minyak Blok Rokan ditargetkan 161 ribu bph. Padahal dua tahun lalu atau di 2018, blok tersebut masih bisa produksi 210 ribu bph atau kedua terbesar setelah Blok Cepu, lebih dari seperempat dari total produksi minyak nasional saat ini. Tahun lalu saja produksinya sudah berada dikisaran 190 ribuan bph.

Pertamina sendiri diminta SKK Migas untuk melakukan pengeboran di 70 sumur pada tahun ini untuk mempertahankan produksi. “Kami (SKK Migas) dan menteri mendorong secepatnya Pertamina masuk pengeboran 70 sumur, meski Pertamina sebut 20 sumur. Itu masih mampu 70 sumur, Kami harapkan di Rokan bisa jalan,”kata Dwi.

Pembicaraan dengan antara Pertamina dengan Chevron termasuk untuk memutuskan bagaiman mekanisme investasi yang akan dilakukan Pertamina, apakah Pertamina yang membiayai pengboran atau ada mekanisme lainnya. Target pengeboran 70 sumur pada masa transisi ini  jauh diatas apa yang sudah direncanakan Pertamina yakni sebanyak 20 sumur.

Dharmawan H Samsu, Direktur Hulu Pertamina, mengatakan produksi baru bisa ditargetkan kuartal III. Selain menahan laju produksi migas, pengeboran dalam masa transisi juga dilakukan untuk merawat sumur, menjaga kompresi, dan stabilisasi produksi dari setiap lapangan. Pertamina juga akan mengupayakan penerapan Enhanced Oil Recovery (EOR) untuk mengoptimalkan Blok Rokan yang sudah tua. “Jadi (pengeboran) semester satu enggak mungkin. Sekitar Juli atau Agustus lah,” kata Dharmawan.(RI)