JAKARTA – Wilayah sekitar Blok Mahakam diyakini masih menyimpan potensi minyak dan gas yang masih besar dan menanti untuk dieksploitasi. Namun untuk mendapatkan cadangan migas terbukti dibutuhkan upaya yang tidak sedikit.

Ediar Usman, Direktur Pembinaan Hulu Ditjen Migas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), mengatakan salah satu strategi yang ditempuh Direktorat Jenderal Migas adalah menjemput bola dengan meningkatkan pembahasan dengan pelaku industri migas.

“Ditjen Migas merasa perlu melaksanakan ini sebagai salah satu upaya proaktif jemput bola kepada calon investor dengan tujuan lebih memperkenalkan dan membedah informasi blok-blok yang sedang dilelang dan kandidat wilayah kerja migas kepada calon peserta lelang wilayah kerja. WK Southeast Mahakam dapat menjadi benchmark kondisi migas di Selat Makassar yang kaya migas,” kata Ediar kepada Dunia Energi, Kamis (6/9).

Sekitar 15 perusahaan calon investor dari dalam dan luar negeri ikut membahas kondisi potensi di Selat Makassar. Ditjen Migas perlu untuk mengumpulkan calon investor, baik yang sudah mendaftar maupun  yang belum sebagai peserta lelang WK migas tahap kedua tahu ini untuk melakukan klarifikasi, konfirmasi. “Serta pendalaman data G & G di Selat Makassar,” tukas Ediar.

Blok Southeast Mahakam merupakan satu dari enam blok yang dilelang tahap kedua pada 2018. Data sementara menunjukkan potensi migas disana sekitar 50 juta barel ekuivalen.

Awang Harun Satyana, Tenaga Ahli Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas (SKK Migas) yang sedari awal mengikuti  perkembangan G & G di wilayah Kalimantan dan Selat Makassar menegaskan masih banyak misteri pada lapisan batu pasir di sekitar Southeast Mahakam, baik ketebalan maupun penyebarannya. “Secara umum blok ini prospektif dan menjadi tantangan kita semua untuk mengungkapkan kandungan migas, sehingga layak ditawarkan,” ungkap Awang.

Southeast Mahakam sebelumnya pernah dikembangkan PT Total E&P Indonesie. Berdasarkan  eksplorasi yang dilakukan diperoleh kandungan gas pada sumur Trekulu 1 dan Tongkol South 1. “Namun karena keterbatasan data saat itu, tidak diperoleh informasi yang cukup mengenai keekonomian,” kata Ediar.

Seiring perkembangan teknologi eksplorasi dan kegiatan survei umum, seperti konsep geologi, seismik 2D & 3D dan data sumur, diharapkan data baru bisa menunjukkan kandungan gas di Southesth Mahakam. “Selain itu, dengan menambah luas cakupan WK Southeast Mahakam saat ini terbuka peluang utk mendapatkan  lead and prospect  baru,” tandas Ediar.(RI)