JAKARTA – PT Freeport Indonesia mengklaim tetap berkomitmen untuk membangun fasilitas pengolahan dan pemurnian atau smelter. Riza Pratama, Vice President Corporate Communication Freeport Indonesia, mengungkapkan komitmen Freeport untuk membangun smelter tidak berubah. Adapun perkembangan yang terjadi sekarang dengan wacana untuk melibatkan mitra adalah dorongan atau inisiatif dari pemerintah Indonesia.

“Ini (menggandeng mitra dari China) opsi yang disiapkan pemerintah dan pilihannya akan diputuskan oleh pemerintah,” kata Riza kepada Dunia Energi, Rabu (2/12).

Hal itu juga berlaku dengan adanya rencana pemindahan lokasi smelter yang sebelumnya sudah ditetapkan akan dibangun di Gresik, Jawa Timur. “Benar (lokasi) keputusannya di tangan pemerintah,” tukas Riza.

Saat ini manajemen kata Riza masih melakukan kalkulasi positif negatif ketika harus bermitra dalam pembangunan smelter. “Masih work in progress,” katanya.

Sebelumnya beredar informasi bahwa Freeport Indonesia didorong untuk bekerja sama dengan perusahaan asal China Tsingshan Steel untuk membangun smelter tembaga yang diwajibkan pemerintah kepada perusahaan pengelola tambang Grasberg itu.

Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi dalam sesi wawancara dengan Asia Times mengungkapkan kesepakatan kerja sama Freeport Indonesia dan perusahaan baja asal negeri tirai bambu itu diharapkan bisa rampung pada Maret 2021, Nantinya jika kesepakatan tercapai maka smelter akan dibangun di Teluk Weda, Halmahera. “”Kami senang dengan kesepakatan tersebut, tetapi kedua belah pihak masih dalam pembahasan rinci,” kata Luhut.

Freeport Indonesia sebelumnya secara resmi mengajukan penundaan pembangunan smelter akibat pandemi Covid-19 yang diklaim telah menghambat proses pengerjaan smelter di Gresik. Belakangan malah manajemen kerap kali menggaungkan kerugian yang diderita perusahaan jika tetap membangun smelter.(RI)