JAKARTA – Pemerintah akan masif menggenjot investasi eksplorasi hulu migas guna mencapai target produksi minyak satu juta barel per hari (bph) dan gas 12 ribu juta kaki kubik per hari (MMscfd) pada 2030 mendatang. Salah satu yang akan dilakukan untuk meningkatkan gairah eksplorasi adalah menyediakan data terbaik bagi para investor.

Ego Syahrial, Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Migas Kementerian ESDM,  mengungkapkan untuk meningkatkan kualitas data migas Indonesia pemerintah akan belajar dari Mesir. Negara Afrika yang kaya akan minyak itu melakukan langkah tepat ketika berkontrak dengan perusahaan geoscience internasional untuk memgumpulkan data sebanyak-banyaknya melalui survei seismik sebagai modal untuk kegiatan eksplorasi lanjutan dalam penemuan cadangan migas.

“Ini kita pelajari contohnya yang dilakukan Mesir. Salah satunya berkontrak langsung dengan lembaga geoscience ternama untuk melaksanakan survei 3D dan pembiayaan 100% dari pemerintah. Itu dampaknya luar biasa,” kata disela konferensi pers FGD Pre Event 2020 International Convention on Indonesia Upstream Oil and Gas, Kamis (5/11).

Menurut Ego, ketika data hasil survei telah didapatkan maka akan ditawarkan kepada para investor. Dengan kualitas data yang baik maka investor yang berminat tidak akan segan melakukan investasi lanjutan di tanah air. ‘”Hasil seismik langsung dijual kontraktor. Ini mungkin salah satu yang perlu kita dorong,” kata dia.

Ego mengungkapkan Indonesia masih memiliki potensi cadangan migas karena dari 128 cekungan yang sudah terdata ada 68 cekungan diantaranya belum dieksplorasi. Jadi untuk menuju satu juta bph dengan kondisi seperti masih sangat dimungkinkan. “Jadi kita belum betul-betul serius bongkar. Hampir setengahnya belum kita apa-apakan. Kalau satu juta barel, itu kelihatan banget kok dengan potensi basin yang ada,” ujar Ego.

Arifin Tasrif, Menteri ESDM mengungkapkan saat dihantam pandemi, demand atau permintaan akan migas menurun. Tapi ia yakin hal itu akan berbalik ketika masa sulit pandemi ini bisa dilalui maka permintaan akan kembali melonjak. Ini yang harus diantisipasi.

“Kalau sudah meewati krisis ini, kita akan menghadapi tantangan demand dan populasi dan pertumbuhan ekonomi meningkat. Sumber-sumber kita kalau mengandalkan yang ada saat ini pekerjaan secara business as usual, tidak melakukan apa-apa minyak habis,” kata Arifin.(RI)