JAKARTA – Baru-baru ini masyarakat dihebohkan dengan rencana penghapusan BBM RON 90 atau Pertalite yang akan diganti dengan Pertamax Green 92 atau campuran gasoline dengan bioetanol. Salah satu faktor pendorong adalah untuk membuat BBM yang dikonsumsi masyarakat lebih ramah terhadap lingkungan.

Mulyanto, Anggota Komisi VII DPR RI, mensinyalir rencana Pemerintah menghapus penggunaan BBM jenis Pertalite lalu menggantinya dengan Pertamax 92 Green tidak murni untuk kepentingan lingkungan.

Dia menduga ada kepentingan mafia impor bioetanol di balik rencana ini. Pasalnya, Pemerintah mengusulkan program ini berjalan pada tahun 2024, meskipun Indonesia belum memiliki pabrik bioetanol yang memadai.

“Kita patut curiga motif apa yang membuat Pemerintah akan mengimplementasikan program ini. Karena nyatanya Industri bioetanol lokal, salah satu bahan pembuatan Pertamax 92 Green, belum memungkinkan. Kalau kebutuhan bioetanol untuk produksi Pertamax 92 Green harus impor, maka sama juga bohong. Negara akan makin tergantung pada impor. Sementara masyarakat tidak memiliki pilihan membeli BBM murah,” kata Mulyanto, Rabu (13/9).

Karena itu Mulyanto minta Pemerintah mengkaji betul bahkan menunda pelaksanaan program ini. Dia menegaskan bahwa Pemerintah terlebih dulu harus siapkan industri bioetanol dalam negeri untuk menunjang produksi Pertamax 92 Green.

“Tanpa didukung industri bioetanol dalam negeri, niat Pemerintah mengganti Pertalite dengan Pertamax 92 Green hanya akan mengulang kesalahan yang selama ini dilakukan. Padahal ke depan kita harus semakin mengurangi ketergantungan pada produk impor,” ujar Mulyanto.

Sejauh ini memang baru ada perusahaan yang secara khusus memasok kebutuhan bioetanol untuk kebutuhan campuran BBM dengan volume 40 ribu Kiloliter (KL) per tahun. Padahal untuk kuota Pertalite saja yang saat ini merupakan BBM dengan volume konsumsi terbesar kuotanya mencapai 32,56 juta KL.

Menurut Mulyanto rencana penggantian Pertalite ke Pertamax 92 Green pada tahun 2024 hanya akan menyisakan BBM berharga mahal bagi masyarakat.

Saat ini kondisi ekonomi dan daya beli masyarakat belum pulih benar pasca-pandemi Covid-19. “Masyarakat masih memerlukan BBM dengan harga terjangkau untuk menunjang kegiatan ekonomi sehari-hari,” ujar Mulyanto. (RI)