JAKARTA – PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS), subholding gas dibawah PT Pertamina (Persero) membagikan dividen kepada pemerintah dan pemegang saham dari tahun buku 2019 sebesar Rp1,007 triliun atau Rp 41,56 per lembar saham.

Dividen 2019 yang dibagikan PGN turun   27% dibanding periode 2018 yang mencapai Rp1,381 triliun atau Rp 56,99 per lembar saham.

Sepanjang  2019 total aset yang dikelola PGN mencapai US$ 7,374 miliar. Dari sisi pendapatan mencapai US$ 3,849 miliar, dengan EBITDA sebesar US$ 1,040 miliar. Secara konsolidasian, PGN menghasilkan laba operasi sebesar US$ 546 juta, dengan laba bersih sebesar US$ 68 juta.

Realisasi oendapatan atau EBITDA tahun 2019 dipengaruhi oleh menurunnya pendapatan dari sisi upstream, karena berakhirnya dua blok pada akhir 2018 yaitu Blok Sanga-Sanga dan SES. Serta harga minyak mentah Indonesia (ICP) dan finance lease akibar berhentinya pengaliran gas melalui pipa Kalimantan Jawa Gas (KJG).

Secara lebih detil, kinerja keuangan ditopang geliat operasional. PGN selama tahun lalu, berhasil meningkatkan volume distribusi gas, dari posisi 960 BBTUD, naik 3% menjadi 990 BBTUD pada 2019. Sedangkan untuk transmisi gas, PGN menyalurkan volume sebesar 2.046 MMSCFD.

Saat ini, PGN mempunyai lini bisnis pipanisasi Gas, CNG, dan LNG. PGN hadir melalui produk antara lain Sinergi yang menyasar segmen pelanggan industri dan komersial, Gas Kita atau Jargas untuk pelanggan rumah tangga dan pelanggan kecil, Gas Link untuk pengguna CNG atau LNG, serta GasKu yang melayani sektor transportasi yang disalurkan ke pelanggan melalui SPBG.

Dari kinerja konsolidasi secara operasional, pada sisi hulu PGN menorehkan catatan lifting minyak dan gas bumi sebesar 28.293 BOEPD, sedangkan pengelolaan bisnis hilir meliputi niaga gas sebesar 990 BBTUD, transmisi gas sebanyak 2.046 MMSCFD, dan bisnis hilir lainnya sebesar 228 BBTUD.

Realisasi volume transmisi dpengaruhi oleh penurunan volume Pertagas dan penghentian penyaluran gas oleh PCML melalui pipa Kalimantan Jawa Gas (KJG) pada September 2019. Sementara itu, realisasi lifting lebih rendah dari tahun 2018 karena dipengaruhi oleh berakhirnya dua blok upstream yaitu SES dan Sanga-Sanga.

Ekspansi pelayanan terus digenjot PGN. Hingga tahun lalu, tercatat jumlah pelanggan distribusi gas mencapai 397.474, naik dari posisi 325.917 pada 2018, terlebih lagi adanya lompatan kenaikan jumlah pelanggan sejak 2014 yang hanya sebesar 96.049. Dengan demikian, PGN berhasil mengelola market share niaga gas bumi di Indonesia sebesar 92%.

Pada 2019 PGN berhasil menambah panjang infrastruktur pipa dengan tola menjadi ±10.169 km, dengan pemambahan pipa sepanjang ±253 km. Adapun rinciannya, penambahan pipa distribusi ±75 km dan penambahan pipa transmisi sepanjang ±177 km.

Rachmat Hutama, Sekretaris Perusahaan PGN, mengungkapkan kondisi yang kian berkembang itu, mendorong PGN untuk melakukan beragam inovasi. PGN telah merencanakan pengembangan infrastruktur gas yang pada 2020, ditarget mencapai 186 kilometer untuk distribusi yang terbagi atas 63 km di Pulau Jawa dan 123 km di Sumatera.

“Untuk penguatan pelayanan tersebut, kami juga terus melakukan pengembangan dan pemeliharaan infrastruktur. Lebih dari 90% jaringan pipa gas PGN dijamin mempunyai kualitas baik hingga masa 30 tahun,” kata Rachmat.

Terkait ekspansi layanan konsumen, Rachmat meyakini PGN bisa menjangkau target yang telah ditetapkan. Tak hanya itu, mengingat adanya tantangan demografi, dia memaparkan selain berkualitas, SDM yang dimiliki perusahaan juga ditopang generasi milenial. Jumlah generasi milenial tersebut, saat ini mayoritas. “Dengan begitu, inovasi layanan, pengembangan produk, serta invensi yang sesuai dengan tantangan zaman, akan bisa diatasi PGN,” ujarnya.

Ke depan, PGN memperluas utilisasi gas bumi melalui pembangunan infrastruktur pemanfaatan gas bumi seperti proyek LNG Teluk Lamong Jawa Timur, Jargas Rumah Tangga, penyediaan infrastruktur minyak bumi dan pipa transmisi Rokan, gasifikasi KIlang Minyak Pertamina, serta gasifikasi PLTD di 52 lokasi pembangkit listrik PLN. Hal ini dilaksanakan agar dapat meningkatkan pengembangan gas bumi di wilayah baru dalam rangka pemerataan akses, sehingga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.

“Terminal LNG Teluk Lamong ditargetkan dapat mengatasi deficit supply gas di Jawa Timur sebesar 30 BBTUD dan membuka peluang penyaluran LNG Retail sebesar 10 BBTUD, serta mendorong pengembangan bisnis LNG trading di pasar internasional Progressnya sudah mulai fase uji coba. Kemudian untuk jargas rumah tangga dengan dana APBN, sudah proses kontruksi di 30 kota/ kabupaten di luar Pulau Jawa, dari target awal akan dibangun di 49 kota/ kabupaten,” ungkap Rachmat.

Rachmat juga menjelaskan bahwa kinerja operasional dan keuangan di tahun 2020 saat ini terdampak oleh COVID-19. Pada pembangunan infastruktur, terdapat kendala pada keterbatasan pengadaan material dan ruang gerak petuas. Namun, Rachmat menegaskan bahwa pembangunan proyek-proyek strategis tetap berjalan dengan optimal.

“Dalam lima tahun ke depan, kami merencanakan target strategis untuk pemenuhan enegi bagi 4 juta jargas rumah tangga, serta peningkatan pengelolaan niaga gas bumi emncapai 1.800 BBTUD di domestik dan 600 BBTUD dari global LNG trading,” kata Rachmat.(RI)