JAKARTA – PT Pertamina (Persero) mulai melakukan seleksi calon mitra di proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) atau pengembangan Kilang Balongan. Ini ditandai dengan penandatanganan kontrak pengadaan Dual Feed Competition (DFC) RDMP RU VI Balongan Fase I pada Selasa (3/12).

Dual FEED competition merupakan strategi kontrak yang menandingkan dua atau lebih praktik Front End Engineering Design atau FEED.  Nantinya kontrak Engineering Procurement, dan Construction (EPC) akan diberikan kepada pemenang FEED tersebut.

Dua konsorsium yang terlibat adalah Konsorsium REE yang terdiri dari PT Rekayasa Industri, PT Rekayasa Engineering, dan PT Enviromate Technology International. Serta, konsorsium JSW, yang terdiri dari JGC Indonesia, PT Synergy Engineering, dan PT Wijaya Karya. Kedua konsorsium akan berkompetisi untuk membuat Front End Engineering, design terbaik yang akan diimplementasikan pada proyek RDMP RU VI Balongan Fase 1.

Nicke Widyawati, Direktur Utama Pertamina, mengatakan skema DFC baru pertama kali digunakan di Pertamina termasuk di Indonesia. Skema tersebut diyakini bisa memangkas waktu pengerjaan FEED.

“Dengan skema DFC RDMP RU VI Balongan fase 1 bisa selesai lebih cepat, yaitu menjadi 2,5 tahun. Kami meyakini bisa memberikan performance yang baik,” kata Nicke, Rabu (4/12).

Proses DFC, lanjut Nicke merupakan proses yang ketat namun tetap tidak mengurangi kualitas nantinya. Selain itu, proses  DFC rencananya akan diterapkan para proyek kilang Pertamina lainnya.

“Kami mulai dari Balongan dan akan diterapkan di kilang selanjutnya. Tahap kedua yaitu Balikpapan kemudian Plaju, Dumai, dan Cilacap. Kita juga akan lakulan ke kilang lainnya. Sekali lagi selamat kepada kedua konsorsium yang sudah terpilih,” ujar Nicke dalam keterangan tertulisnya.

Ignatius Tallulembang, Direktur Megaproyek dan Petrokimia,  mengungkapkan pada proses awal dua konsorsium telah menunjukkan kapasitas yang baik, sehingga Pertamina memusatkan untuk memilih yang terbaik dengan menerapkan proses DFC. Konsep itu diusulkan oleh dua komisaris Pertamina terdahulu.

“Salah satu milestone besar dalam implementasi DFC pada proyek RDMP RU VI Balongan Phase 1, yang dimenangkan oleh dua konsorsium. Pengenalan akan konsep DFC di Pertamina ini berawal dari gagasan luar biasa yang dicetuskan oleh Tanri Abeng dan Archandra Tahar pada tahun 2017,” ujar dia.

Menurut Tallulembang, implementasi DFC adalah salah satu upaya akselerasi pelaksanaan penugasan proyek pengembangan kilang Pertamina, dan untuk memastikan DFC ini merupakan best practice yang telah banyak dilakukan oleh beberapa perusahaan ternama, telah dilakulan roadshow ke beberapa reputable EPC Company di Eropa dan Amerika oleh BOD dan BOC pada bulan Juni 2019. “Yang ditindaklanjuti dengan penyusunan sistem tata kerja di internal Pertamina terkait DFC”, kata Tallulembang.(RI)