JAKARTA – KUFPEC, perusahaan asal Kuwait jadi calon terbaru pengelola blok Natuna D Alpha setelah selesai melakukan joint study di sana. Pemerintah kali ini sangat mendorong pengembangan cadangan gas di sana bisa terealisasi.

Djoko Siswanto, Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas), sangat berhadap bahwa KUFPEC bisa melanjutkan pengembangan di Natuna D Alpha.

“KUFPEC berminat kembangkan gas yang pernah ditemukan Exxon di Natuna tapi punya kandungan CO2 72% dengan total perkiraan cadangan 46 Triliun Cubic Feet (TCF), atau yang terbesar di Indonesia,” kata Djoko disela konferensi pers POD Blok Anambas, Kamis (15/5).

Tidak hanya itu, SKK Migas kata dia berharap juga KUFPEC bisa mendapatkan mitra untuk mengelola Natuna nantinya. Salah satu yang didorong pemerintah untuk jadi mitra KUFPEC adalah Pertamina. Perusahaan migas plat merah itu memang sempat terlibat dalam pengelolaan blok Natuna, namun berhenti ditengah jalan.

“Mereka (KUFPEC) sedang mencari mitra. Harapannya Pertamina jadi mitra utama untuk kembangkan gas Natuna,” ujar Djoko.

Pada tahun 1973, operator AGIP (General Italian Oil Company) menemukan gas di lapangan AL (Natuna D-Alpha). Semula Exxonmobil bersama dengan PTT EP adalah mitra pengelola Pertamina di East Natuna termasuk Natuna D Alpha. Namun konsorium tersebut tercerai berai sejak tahun tahun 2017 setelah Exxon hengkang dan diikuti oleh PTT EP. Pertamina memang sempat ditunjuk atau ditugaskan untuk kembangkan Natuna tapi kemudian dikembalikan ke pemerintah. Selanjutnya secara bertahap pemerintah membagi wilayah natuna menjadi beberapa bagian untuk kemudian dilelang dalam beberapa tahun terakhir.

Dengan kandungan CO2 lebih dari 70% maka pengembangan area Natuna D Alpha memerlukan solusi teknologi Carbon Capture Storage/Carbon Capture Utilization Storage yang ekonomis. Pengembangan teknologi saat ini disinyalir jadi alasan pengembangan migas di sana mulai bisa berjalan. (RI)