JAKARTA – Kabar mengejutkan kembali datang dari pengembangan blok gas abadi Masela. Royal Dutch Shell, mitra dari Inpex Corporation ingin melepas 35% hak partisipasi (Participating Interest/PI) di Blok Masela.

Dilansir dari Reuters, salah satu alasan utama rencana Shell menjual hak partisipasi Masela lantaran perusahaan sedang mengumpulkan dana untuk menuntaskan akuisisi terhadap BG Group, perusahaan holding migas asal Inggris senilai US$54 miliar. Adapun nilai saham Shell di Masela mencapai US$1 miliar.

Alasan kedua, dikarenakan perkembangan kondisi iklim investasi di kawasan Asia Tenggara,  khususnya di sektor energi yang dinilai kurang atraktif.

Arcandra Tahar, Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), saat dikonfirmasi, Jumat (3/5) bergeming terkait manuver yang dilakukan Shell pada proyek Masela. Ia hanya tersenyum sambil berlalu melambaikan tangan sebagai isyarat tidak mau berkomentar.

Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), juga tidak mau berkomentar lebih jauhu.

Wisnu Prabawa Taher, Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas, mengatakan agar kebijakan Shell langsung ditanyakan langsung ke manajemen. “Baiknya cek dengan Shell di Indonesia ya, saya akan coba cek juga,” kata Wisnu saat dihubungi Dunia Energi, Jumat.

Proyek lapangan gas Masela merupakan salah satu proyek terbesar di Indonesia dengan potensi cadangan gas terbesar yang pernah ditemukan mencapai lebih dari 10 triliun cubic feet (TCF).

Pada September 2015, Inpex mengajukan revisi rencana pengembangan atau Plan of Dvelopment (PoD) yang isinya terdapat peningkatan kapasitas produksi lebih besar dari 7,5 metrik ton per annum (MTPA) LNG. Kemelut sempat terjadi karena ada usulan untuk mengubah skema pengembangan dari semula dilakukan melalui pengembangan di laut menjadi di darat.

Akhirnya pada April pemerintah Indonesia memutuskan bahwa skema pengembangan blok Masela harus membangun fasilitas di darat. Artinya Inpex harus kembali mengubah perencanaan pembangunan fasilitas pengembangannya.

Perusahaan menyanggupi permintaan perubahan skema tersebut namun dengan catatan kapasitas LNG meningkat menjadi 9,5 MTPA. Jumlah tersebut dinilai lebih sesuai dengan nilai keekonomian yang diharapkan oleh perusahaan.

Pemerintah akhirnya memberikan persetujuan kepada Inpex untuk melakukan kajian pembangunan fasilitas dengan kapasitas 9,5 MTPA LNG dan 150 juta kaki kubik per hari (MMSCFD) gas pipa. Padahal sebelumnya pemerintah bersikeras agar LNG yang diproduksikan sebesar 7,5 MTPA dan gas pipa sebesar 474 MMSCFD.

Namun sampai sekarang, revisi PoD belum juga disetujui pemerintah lantaran biaya pengembangan yang dianggap masih terlalu tinggi.

Dwi Soetjipto, Kepala SKK Migas sebelumnya mengatakan bahwa PoD Masela ditargetkan bisa rampung pada semester I tahun ini.

Semua pihak saat ini masih fokus membahas segala aspek, terutama teknis agar proyek Masela sesuai dengan keekonomian. “Semua pembahasan harus selesai semester I tahun ini,” ujarnya.

Pokok pembahasan terutama terkait soal belanja modal yang harus dihitung secara teliti dan rasional. Pasca perhitungan belanja modal, pemerintah dan Inpex Corporation, sebagai operator Masela, dilanjutkan pembahasan keekonomian proyek, termasuk opsi pemberian insentif tambahan.

“Makanya kami hitung sekarang, berapa capex yang reasonable. Sebab kalau tidak sesuai standar maka perlu ada insentif,” kata Dwi.(RI)