JAKARTA – ExxonMobil melalui anak usahanya Mobil Cepu Ltd, pengelola Blok Cepu, di Jawa Timur dalam beberapa tahun terakhir menjadi primadona penyumbang lifting minyak nasional terbesar di Indonesia. Porsi Blok Cepu mencapai lebih 25% dari lifting minyak nasional.

Namun kondisi tersebut sepertinya tidak akan berlangsung lama lantaran umur reservoir tidak terlalu panjang untuk mengakomodir produksi minyak dikisaran 220 ribu barel per hari (bph).

Muhammad Nurdin, Senior Vice President (SVP) Production Mobil Cepu Ltd,  mengatakan puncak produksi Lapangan Banyu Urip akan bertahan hingga 2021.

“Semuanya tergantung berapa banyak produksi setiap tahun. Kalau 220 ribu barel per hari (bph), maka peak-nya hingga akhir 2021,” kata Nurdin disela Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VII DPR RI, Senin (20/1).

Nurdin mengklaim bahwa jumlah minyak yang sudah diproduksikan Exxon di Banyu Urip sudah jauh melampaui perkiraan dan target awal yang disetujui pemerintah dalam rencana pengembangan (Plan of Development/PoD)

“Ini sudah dua kali lebih panjang dari PoD. Dengan asumsi 940 juta barel, setelah 2021 tidak menurun tajam tapi landai hingga 2035,” ungkapnya.

Operasional di Lapangan Banyu Urip bukan tanpa risiko. Pasalnya ada beberapa faktor yang bisa menyebabkan produksi bisa menurun, bahkan sebelum 2021. Misalnya ketika kandungan air di sumur tiba-tiba meningkat.

Maman Abdurrahman, Anggota Komisi VII DPR, mengakan kondisi tersebut sangat berisik, terutama bagi kinerja lifting minyak nasional. Padahal pemerintah sangat gencar mendorong peningkatan produksi  Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS).

“Asumsi kalau maintain 220,  maksimal nanti sampai 2021. Kami juga harus berpikir produksi nasional di 750 ribuan bph. Dari lapangan mana lagi maintain 220 ribu bph? Selain Banyu Urip? Ada beberapa uncertainty, kapan datang air, water arrival , ketika water keluar akan ada pengurangan produksi,” kata Maman.

Saat ini Exxon juga sebenarnya masih menunggu persetujuan revisi Analisis Dampak dan Lingkungan (Amdal) dari pemerintah kabupaten Bojonegoro untuk meningkatkan kapasitas fasilitas produksi menjadi 235 ribu bph.

“Plan lapangan Banyu Urip, amdal revisi untuk tingkatkan kapasitas pabrik 220 ribu bph menjadi 235 ribu bph,” kata Nurdin.(RI)