JAKARTA – PT Pertamina (Persero) melalui anak usahanya PT Pertamina Gothermal Energy (PGE) mendapatkan izin pengelolaan Wilayah Kerja Panas Bumi di Kotamobagu, Sulawesi Utara. Dengan bertambahnya satu WKP tersebut maka total saat ini PGE mengelola 15 WKP di seluruh Indonesia.

PGE sebelumnya telah beroperasi di 14 WK yang berlokasi di Seulawah – Aceh, Sibayak – Sumatera Utara, Sarulla – Sumatera Utara, Hululais – Bengkulu, Sungai Penuh – Jambi, Lumut Balai – Sumatera Selatan, Ulubelu – Lampung, Gunung Salak – Jawa Barat, Wayang Windu – Jawa Barat, Drajat – Jawa Barat, Kamojang – Jawa Barat, Karaha – Jawa Barat, Gunung Lawu – Jawa Tengah, Bedugul – Bali, dan Lahendong – Sulawesi Utara dengan total kapasitas terpasang Pembangkit Listrik Panas Bumi (PLTP) yang dioperasikan sendiri oleh PGE adalah sebesar 672 MW.

Agus Suprijanto, Senior Vice President Corporate Communication & Investor Relations Pertamina, mengatakan sesuai dengan master plan Pertamina,  pengembangan panas bumi dalam lima tahun ke depan akan meningkat tajam dan ditargetkan akan naik dua kali lipat menjadi 1.112 Megawatt (1,1 Gigawatt) pada 2026.

“Di samping operasional sendiri oleh PGE, Pertamina juga mengelola panas bumi bersama mitra melalui joint operation contract dengan kapasitas terpasang sebesar 1.205 MW. Dengan keseluruhan pengelolaan pengembangan panas bumi tersebut, diharapkan Pertamina dapat menjamin terpenuhinya energi bersih di masa depan,” kata Agus (11/3).

Agus mengatakan Pertamina terus mengupayakan penyediaan energi yang ramah lingkungan yang diperlukan di masa depan. Melalui 15 wilayah kerja proyek panas bumi, Pertamina akan mewujudkan program transisi energi dimana energi baru terbarukan akan mencapai 30% pada 2030.

“Potensi geothermal di Indonesia sangat tinggi, termasuk nomor dua terbesar di dunia namun baru 7 persen yang telah dikembangkan. Dengan roadmap Pertamina, dalam lima tahun ke depan akan naik dua kali lipat,” ungkap Agus.

PGE sendiri saat ini tengah disiapkan untuk ditawarkan ke publik atau Initial Public Offering (IPO). Pemerintah menargetkan IPO PGE bisa tereliasai pada tahun ini. IPO nantinya juga akan sejalan dengan rencana pembentukan holding panas bumi oleh pemerintah.

Agus menambahkan pada program transisi energi, Pertamina juga akan mengupayakan 4 MW melalui Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Badak di Kalimatan. Solar Cell Panel juga telah terpasang di 63 lokasi yang tersebar di DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur.

“Pertamina juga menargetkan pemasangan Panel Solar Cell di seluruh SPBU Pertamina dengan kapasitas terpasang sebesar 385 kWp,” kata dia.

Energi bersih yang akan menghasilkan listrik juga dikembangkan Pertamina melalui pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Bio-Gas (PLTBg) bekerja sama PT Perkebunan Negara II di Sei Mangkei di Simalungun Sumatera Utara dengan total kapasitas 2,4 MW.

Salah satu proyek nasional yang juga menjadi fokus Pertamina, lanjut Agus adalah proyek Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU) Jawa-1 di Cilamaya Jawa Barat dengan kapasitas mencapai 1.760 MW.

Inisiatif strategis untuk mendorong pelaksanaan program green transition Pertamina, lanjut Agus juga dilakukan di sektor pengolahan. Setelah sukses uji coba produksi Green Diesel (D100) di Kilang Dumai sebesar 1.000 barel per hari, Pertamina juga sedang mengembangkan Green Energy melalui Revamp TDHT di Kilang Cilacap dengan target produksi 6.000 barel perhari yang ditargetkan onstream tahun 2022. Biorefinery Standalone di Kilang Plaju dengan kapasitas 20.000 barel per hari.

Di lini bisnis tengah tersebut, sejak tahun 2019 Pertamina telah mengimplementasi Biodiesel plus 30% yang terlaksana di seluruh Indonesia, sehingga dapat menurunkan impor solar sebesar 1,6 miliar dollar per tahun.

“Upaya untuk menurunkan impor, Pertamina juga akan mengembangkan gasifikasi batubara kalori rendah menjadi DME untuk substitusi LPG,” kata Agus.(RI)