JAKARTA – PT Pertamina (Persero) diminta untuk melakukan audit secara menyeluruh fasilitas kilang minyaknya. Hal ini wajib dilakukan menyusul kembali terjadinya ledakan di plant 5 komplek kilang Balikpapan pada akhir pekan lalu.

Salis S Aprilian, pakar dan praktisi migas sekaligus mantan Direktur Utama PT Badak NGL, operator kilang LNG Badak, mengungkapkan rentetan kejadian di beberapa kilang Pertamina termasuk dalam kategori sering untuk sebuah fasilitas kilang.

Hal tersebut tidai bisa didiamkan dan manajemen Pertamina harus segera merespons kejadian terakhir kali ini dengan melakukan audit secara menyeluruh.

“Pertamina perlu melihat lagi sistem SHEQ (safety, health, environment, and Quality) nya. Apalagi sampai terjadi fatality (korban meninggal dunia), kata Salis, kepada Dunia Energi, Selasa (17/5).

Dia menjelaskan kejadian yang terkait SHEQ ini dapat disebabkan oleh tiga hal. Pertama, adalah aspek manusia, kemudian peralatan, dan sistem. Ketiganya harus dalam kondisi kinerja yang maksimal atau high performance.

“Hal ini harus benar-benar diaudit oleh independent safety auditor, dan harus memenuhi standard internasional, seperti ISO OHSAS, ISRS, dan lain-lain.  Sistem mereka memiliki penilaian tingkatan (level) dimana suatu operasi (kilang) dijalankan.” jelas Salis.

Pada minggu terjadi leadakan di kilang Balikpapan. Tepatnya di Plant 5 yang selama ini digunakan untuk memproduksi bahan baku pembuatan BBM.

Kejadian tersebut mengakibatkan tiga orang mengalami luka bakar. Mereka merupakan pekerja Pertamina. Saat ini, para korban sedang dirawat intensif di RS Pertamina Balikpapan.

Dua orang korban lainnya  yang terpapar panas merupakan pekerja dari kontraktor. Mereka telah selesai menjalani perawatan di klinik dan sudah kembali ke rumah masing-masing. Satu orang korban yang merupakan pekerja kontraktor meninggal dunia.(RI)