JAKARTA – Penuntasan proses pembahasan revisi rencana pengembangan (Plan of Development/PoD) LNG Abadi Blok Masela diharapkan bisa memicu ketertarikan investor global untuk turut berinvestasi di sektor migas Indonesia. Dwi Soetjipto, Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), mengatakan PoD Masela membuktikan bahwa investasi migas nasional tidak meredup.

“Investasi yang mencapai US$20 miliar bukan nilai yang kecil, dan menunjukkan kita masih menarik untuk investasi migas. Apalagi, proyek itu ada di Indonesia bagian timur. Selain itu, istimewanya Proyek LNG Lapangan Abadi adalah terjadi di laut dalam,” kata Dwi di Jakarta, Senin (24/6).

Realisasi investasi Inpex Corporation di Blok Masela tidak hanya berkontribusi pada peningkatan produksi migas nasional, tetapi juga mendorong efek lainnya yaitu peningkatan tenaga kerja, munculnya industri pendukung, hingga potensi eksplorasi di sekitar Blok Masela.

Pengembangan Lapangan Gas Abadi, Blok Masela juga menjadi istimewa mengingat proyek strategis nasional ini terjadi di Kawasan Timur Indonesia. Sebelumnya, proyek migas strategis lain yang direalisasikan di kawasan tersebut adalah Proyek LNG Tangguh yang dioperatori BP Indonesia.

Rencana pengembangan yang direvisi berdasarkan skema pengembangan LNG darat dengan kapasitas produksi gas alam cair sebesar 9,5 juta ton per tahun.

Dwi menambahkan, investasi sebesar US$20 miliar ini merupakan jumlah Foreign Direct Investment (FDI) terbesar dalam suatu proyek sepanjang sejarah Republik Indonesia. “Hal ini menunjukkan bahwa iklim investasi di Indonesia sangat kondusif dan diharapkan dapat mendorong investor lainnya untuk berinvestasi di Indonesia,” kata Dwi dalam keterangan tertulisnya.

Komaidi Notonegoro, Direktur Eksekutif Reforminer Institute, mengungkapkan bahwa selesainya pembahasan rencana pengembangan ini terjadi setelah Inpex mendapatkan kepastian keekonomian atas proyek LNG Abadi Blok Masela. Salah satu proyek yang tengah menanti sentuhan positif pemerintah lainnya adalah proyek Indonesia Deepwater Developement (IDD) yang dioperatori PT Chevron Pacific Indonesia.

“Saya kira akan memberikan sentimen positif bagi kegiatan investasi di Indonesia, terutama investasi migas. Harapannya sentimen positif akan memberikan pengaruh positif pada proyek strategis migas salah satunya proyek IDD,” katanya.

Komaidi menanggapi perpanjangan kontrak pengelolaan Blok Masela hingga 2055 oleh Pemerintah sudah tepat. Hal itu untuk memberikan ruang keuntungan bagi KKKS. Seperti diketahui, Inpex juga memasukkan dokumen perpanjangan pengelolaan agar proyek lebih kompetitif karena mempertimbangkan prospek produksi jangka panjang.

Dengan babak baru pembahasan pengembangan LNG Abadi, Blok Masela, pemerintah dinilai telah menempatkan diri sebagai fasilitator bisnis dengan investor global. Pemerintah sudah belajar banyak, bahwa penundaan keputusan berdampak pada tambahan investasi yang mendorong biaya proyek semakin mahal.

“Jika pemerintah dapat tepat waktu, pada dasarnya sudah merupakan insentif tersendiri. Lebih baik tepat waktu dibandingkan harus memberikan insentif yang hanya untuk mengkompensasi keterlambatan pengambilan keputusan” tegas Komaidi.

Keberlanjutan dalam pembahasan PoD LNG Abadi Blok Masela juga membuka peluang dan mata para investor global mengenai kesempatan investor global untuk melakukan eksplorasi dan eksploitasi migas di Tanah Air yang sangat berpotensi, dengan banyaknya potensi cekungan yang dapat ditelusuri lebih dalam. Saat ini, SKK Migas mempromosikan setidaknya 10 wilayah yang berpotensi memiliki cadangan cukup besar atau giant discovery.

Sepuluh area potensial itu berlokasi di Sumatra Utara (Mesozoic Play), Sumatra Tengah (Basin Center), Sumatra Selatan (Fractured Basement Play), Offshore Tarakan, NE Java-Makassar Strait, Kutai Offshore, Buton Offshore, Northern Papua (Plio-Pleistocene & Miocene Sandtone Play), Bird Body Papua (Jurassic Sandstone Play), dan Warim Papua.(RI)