JAKARTA – Pemerintah dan kontraktor pengelola lapangan Banyu Urip, Blok Cepu harus mulai masuk mengantisipasi potensi penurunan produksi dari blok tersebut lantaran sudah melampaui masa puncak produksi.

Pri Agung Rakhmanto, pengamat migas dari Universitas Trisakti, mengungkapkan jika sudah melalui puncak produksi maka hal yang harus diperhatikan adalah menjaga agar penurunan produksinya tidak signifikan.

“Kalau sudah peak (puncak produksi), meskipun belum terlalu mature hanya bisa dimantain untuk tidak decline drastis. Jadi tetap akan ada decline tapi dalam rate yang mestinya bisa dikelola dengan baik,” kata Pri Agung kepada Dunia Energi, Kamis (7/1).

Menurut Pri, sulit bagi Blok Cepu untuk meningkatkan produksi, kecuali jika ExxonMobil bisa menemukan cadangan baru lain dalam jumlah besar. “Kecuali kemudian ada pengembangan lapangan baru di blok yang sama, maka baru bisa naik lagi atau tidak decline,” ungkap dia.

Pri mengatakan penurunan produksi Blok Cepu tentu menjadi kabar buruk bagi pemerintah,  terutama Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) karena blok tersebut adalah salah satu blok andalan untuk menopang target produksi minyak sebesar satu juta bare per hari.

Pri Agung menilai tidak akan cukup pemerintah mengandalkan Blok Cepu untuk bisa mencapai target tersebut. “Kalau bicara satu juta barel, kita perlu setidaknya 2-3 blok baru sekelas Blok Cepu yang berproduksi,” tegas Pri.

Julius Wiratno, Deputi Operasi SKK Migas,  sebelumnya mengatakan dalam proyeksi rencana pengembangan Lapangan Banyu Urip sebenarnya masa puncak produksi sudah lewat. Blok Cepu diperkirakan hanya bisa berproduksi 18 bulan. Tapi pada kenyatannya Exxon bisa menjaga masa puncak produksi lebih dari lima tahun dan diperkirakan berakhir pada 2020. Untuk itu, SKK Migas dan ExxonMobil terus berkoordinasi dan berupaya agar umur produksi Blok Cepu tidak berkurang secara drastis.

Menurut Julius, puncak Blok Cepu yang saat ini berproduksi di atas 220 ribu barel per hari (bph) lebih 228 ribu bph maksimum, bahkan pernah menyentuh 300 ribu bph.

“Performance Lapangan Banyu Urip sudah jauh di atas yang kami rencanakan. Sesuai dengan persetujuan PoD areal Banyu Urip plateu-nya sekitar 18 bulan pertama. Nyatanya sudah lima tahun lebih masih bisa perform,” kata Julius.(RI)