NEW YORK – Harga minyak naik lagi pada akhir perdagangan Kamis atau Jumat (30/7) dengan patokan global Brent mencapai US$76 per barel. Hal ini didorong pasokan di Amerika Serikat yang semakin ketat setelah menyusut ke level terendah sejak Januari 2020 serta ditopang juga oleh melemahnya greenback.

Mengutip Reuters, harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman September terangkat US$1,31 atau 1,75%, menjadi ditutup pada US$76,05 per barel. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman September bertambah US$1,23 atau 1,7% menjadi menetap di US$73,62 per barel.

Data dari penyedia informasi Genscape menunjukkan bahwa persediaan di pusat penyimpanan Cushing, Oklahoma terus berkurang, kata para pedagang pada Kamis (29/7). Stok Cushing terlihat di 36,299 juta barel pada Selasa (27/7) sore, turun 360.917 barel dari 23 Juli 2021.

Data persediaan Cushing datang sehari setelah Badani Informasi Energi AS (EIA) melaporkan bahwa persediaan minyak mentah domestik turun 4,1 juta barel dalam seminggu yang berakhir 23 Juli. Cushing, titik pengiriman untuk patokan kontrak berjangka minyak AS, telah mengalami penarikan stok tujuh kali berturut-turut.

“Minyak mentah masih kehabisan kehabisan persediaan di AS kemarin,” kata Bob Yawger, direktur energi berjangka di Mizuho di New York.

Pasar mendapat dorongan tambahan dari dolar AS yang lebih lemah dan sinyal dari Iran bahwa tidak ada kesepakatan nuklir yang akan segera terjadi, kata Yawger.

Pada Juni, Brent mencapai US$75 per barel untuk pertama kalinya dalam lebih dari dua tahun, kemudian merosot awal bulan ini di tengah kekhawatiran tentang penyebaran cepat varian Delta dari virus corona dan kesepakatan kompromi oleh produsen minyak terkemuka untuk meningkatkan pasokan.

Pemulihan ekonomi AS masih di jalurnya meskipun ada peningkatan infeksi virus corona, Federal Reserve AS mengatakan pada Rabu (28/7) dalam sebuah pernyataan kebijakan yang mengisyaratkan pembicaraan seputar penarikan dukungan kebijakan moneter sedang berlangsung.

Dolar melemah sehari setelah pernyataan Federal Reserve bahwa pihaknya belum menetapkan waktu untuk mulai mengurangi pembelian obligasinya. (RA)