JAKARTA – PT Medco Power Indonesia, anak usaha PT Medco Energi Tbk (MEDC) segera menjadi salah satu perusahaan penyedia pembangkit listrik Energi Baru Terbarukan (EBT) terbesar di lahan tambang. Pembangkit listrik yang akan dibangun Medco berupa Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di Sumbawa atau di wilayah operasi tambang PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT).

Eka Satria, Direktur Utama Medco Power Indonesia, mengatakan pembangunan PLTS di wilayah tambang merupakan salah satu implementasi dari penerapan empat pilar utama bisnis Medco Power Indonesia yang salah satunya adalah pengembangan EBT. PLTS di wilayah tambang tersebut akan rampung pada pertengahan tahun depan.

“Proyek PLTS di Sumbawa 25 Megawatt (MW) mudah-mudahan COD (Commercial Operation Date) Juni 2021. Merupakan PV (Photovoltaic) Mining terbesar di Indonesia,” kata Eka disela media gathering Medco Energi secara virtual belum lama ini.

Selain di Sumbawa, Medco Power Indonesia juga sukses memenangkan tender yang diadakan oleh PT PLN (Persero) untuk pengadaan PLTS ground-mounted di Bali. Ini akan menjadi PLTS ground-mounted terbesar di Indonesia. Jika tidak ada halangan berarti PLTS di Bali akan mulai beroperasi pada tahun 2022. “Bali 2×25 MW itu terbesar PLTS ground-mounted target COD (Commercial Operation Date) 2022 akhir,” ungkap Eka.

Potensi lahan tambang untuk dijadikan sebagai lahan pembangunan PLTS memang cukup menjanjikan. Data dari PT PLN (Persero) sejauh ini total PLTS yang bisa dibangun di atas lahan bekas tambang bisa mencapai kapasitas 436 MW. Itu belum dengan pembangunan PLTS di lahan tambang yang masih ada kegiatan seperti yang rencananya dilakukan oleh Medco Power Indonesia di lahan tambang Amman Mineral.

Fabby Tumiwa, Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR), mengungkapkan Medco merupakan salah satu perusahaan energi swasta nasional yang paling siap menghadapi trend transisi energi. Dia menuturkan hal yang perlu dilakukan Medco adalah meningkatkan lebih banyak portfolio proyek-proyek energi terbarukan yang dilakukan oleh Medco Power. “Medco Power punya kapasitas untuk mengembangkan proyek PLTS dan PLT Biomassa, serta PLTP,” ujarnya kepada Dunia Energi baru-baru ini.

Fabby mengungkapkan momentum untuk meningkatkan kapasitas energi bersih di masa pandemi juga bisa dimanfaatkan manajemen Medco. “Pandemi kan akan berakhir. Menurut saya manajemen fokus pada transformasi proses bisnis, identifikasi proyek-proyek yang potensial, strategi kemitraan, pendanaan dan kapasitas internal untuk melakukan analisa serta pengendalian risiko,” kata Fabby.

Sebelum memasuki masa pandemi COVID-19, perusahaan energi terutama yang bergerak di industri energi fosil sudah berangsur-angsur melakukan transisi bisnisnya dan mulai beralih ke EBT.

Dadan Kusdiana, Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) mengungkapkan transisi energi tidak bisa dihindari termasuk oleh perusahaan energi tanah air salah satunya Medco. Dia menjelaskan secara global sekarang sedang terjadi trend untuk transisi energi dari fosil ke EBT, kalau banyak perusahaan yang selama ini mengandalkan fosil dan kemudian memperluas bidang usahanya ke EBT. “Itu kan pemahaman dan keyakinan bahwa EBT merupakan bidang usaha ke depan,” kata Dadan.

Untuk inisiatif PLTS di tambang seperti yang dilakukan Medco di lahan tambang Amman, menurut Dadan juga merupakan salah satu bentuk transisi tersebut. “Selain tentunya pertimbangan keekonomian bahwa listrik EBT sudah bisa bersaing,” ujar Dadan.

Secara keekonomian listrik yang dihasilkan oleh Medco terbilang sangat kompetitif. Menurut Eka secara nasional kondisi pandemi sangat memukul sektor ketenagalistrikan dengan adanya kontraksi penurunan konsumsi hingga 8%. Untungnya bagi Medco Power dampak tersebut tidak terlalu dirasakan karena penurunan penyerapan listrik dari pelanggan Medco Power hanya sekitar 2%. Ini akibat dari harga listrik yang kompetitif.

“Untuk kami Alhamdulilah kontraksi itu tidak terlalu besar saat ini kontraksi 2-3% alhamdulilah berkat Medco Power berada di merit order paling atas. Rata-rata tarif kami US$6,9 cent. Biaya Pokok Produksi (BPP) nasional rata-rata US$7,66 cent jadi Alhamdulilah harga kompetitif pengambilang listrik tidak banyak terganggu,” kata Eka.

Sumber : Kementerian ESDM, Diolah : Dunia Energi

Dalam target pemerintah yang dicanangkan oleh Kementerian ESDM pada 2025 nanti kapasitas PLTS akan mencapai 5.130 Megawatt (MW) meningkat jauh ketimbang tahun ini yang ditargetkan hanya 280 MW. Kemudian kapasitasnya akan melesat hingga 2035 nanti mencapai 17.687 MW.

Beberapa strategi percepatan penggunaan PLTS adalah dengan pengembangan PLTS skala besar termasuk PLTS yang akan dibangun di bekas area pertambangan, lahan tidak produktif, pemanfaatan waduk, NTT sebagai lumbung energi berbasis PLTS yang bertujuan untuk menekan biaya produksi listrik dengan total potensi penambahan kapasitas mencapai 13.565 MW dan harganya bisa dibawah US$4 cent per kWh.

Lalu mengganti Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) dengan PLTS dan baterainya dengan total potensi kapasitasnya PLTS mencapai 1.200 MW dimana harga listriknya Rp 1.500 per kWh. Kemudian strategi berikutnya adalah pengembangan PLTS Atap secara masif pada sektor rumah tangga, ekowisata, klaster ekonomi dan maritim hingga memaksimalkan pengembangan PLTS Atap di sektor Industri dan bangunan komersial dengan target kapasitas 2.904 MW

Medco Power Indonesia memang terlihat gencar dalam melakukan ekspansi bisnis di energi bersih termasuk EBT di dalamnya. Menurut Eka Medco Power Indonesia di setup oleh Medco Energi untuk jadi salah satu unit usaha bisnis yang dipersiapkan untuk hadapi transisi energi berikutnya. Listrik adalah bentuk energi ke depan. Dalam listrik EBT sebagai pilar utama yang harus dijalankan oleh perusahaan. “Jadi Medco Power Indonesia salah satu bisnis Medco Energi untuk hadapi transisi energi,” ujar Eka.

Sumber : Medco Power Indonesia

Berdasarkan kajian perusahaan, bisnis listrik di Indonesia merupakan motor penggerak utama bisnis di sektor ketenagalistrikan yang ada di wilayah region Asia Tenggara. Beberapa bentuk investasi Medco pada sektor ketenagalistrikan menggunakan bahan baku energi bersih diantaranya gas, geothermal, pembangkit listrik EBT serta juga bisnis operation and maintenance (O&M).

Didirikan pada tahun 2004 dengan mulai berbisnis di O&M kini Medco Power Indonesia juga merupakan salah satu produsen listrik dengan total kapasitas pembangkit yang dikelola mencapai 3.796 MW. Hingga lima tahun ke depan perusahaan menargetkan mampu meningkatkan kapasitas pembangkit yang dikelola mencapai 5.000 MW.

Beberapa proyek yang kini digarap dalam rangka upaya mencapai target tersebut diantaranya tentu saha ada dua proyek PLTS di Sumbawa yang menggunakan teknologi terbaru Vertex Dual Glass Monocrystalline Modul dengan kapasitas 25 MW dan Bali dengan kapasitas 2×25 MW ada beberapa proyek kelistrikan lainnya diantaranya Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU) Riau dengan kepasitas 275 MW. Lalu PLTP Bonjol dengan kapasitas 60 MW, PLTP Ijen dengan kapasitas 2×55 MW, Sumbawa LNG to Power dengan perkiraan kapasitas bisa mencapai 150-300 MW.

“Secara umum kami dalam kembangkan EBT fokusnya itu Geothermal ada tiga projek. Sarulla, Ijen dan Bonjol. Ijen eksplorasi, tahun depan kami kembangkan 2×55 MW. Bonjol masa assesment,” jelas Eka.

Medco Power Indonesia juga sudah menandatangani kerja sama dengan Kansai Electric Power. Menurut Eka kerja sama tersebut sangat penting bagi pertumbuhan Medco Power. Kesepakatan tersebut meliputi kerjasama strategis untuk menyatukan keahlian teknis global Kansai Electric dengan pengalaman Medco Power dalam bisnis pembangkit listrik di Indonesia.

“Kansai electric ini perusahaan listrik integrasi terbesar di Jepang kerja sama ini diharapkan bisa membuka peluang di sektor ketenagalistrikan dengan tarif kompetitif dan bersih. Kansai salah satu pemain LNG gas to power dan EBT sehingga kombinasi ini dapat berikan kontribusi positif,” kata Eka.(RI)