JAKARTA – Program konversi motor konvensional atau BBM menjadi motor listrik hingga kini masih sepi pemminat. Padahal insentif sudah dikucurkan, bahkan pemerintah mematok target tinggi yakni sebanyak 50 ribu unit motor dikonversi hingga Desember 2023. Namun target tersebut sulit tercapai, pasalnya berdasarkan data terakhir pengajuan konversi oleh masyarakat hanya mencapai 5 ribuan pemohon itu pun hampir setengahnya batal.

Berdasarkan data Platform IT Konversi Motor Listrik dari Direktorat Konservasi Energi, Direktorat Jenderal EBTKE, Kementerian ESDM, dimana sebanyak 5.628 peserta telah mendaftar untuk melakukan konversi sepeda motor listrik. Namun dari angka tersebut sebanyak kurang lebih 2069 peserta telah mengundurkan diri dengan berbagai alasan.

Yudo Dwinanda, Dirjen Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE), mengakui target konversi motor listrik bakal sulit tercapai. “Masih kecil (minat), kita coba sosialisasikan dalam dua bulan,” kata Yudo dalam peresmian swaping station di komplek gedung LEMIGAS, Jakarta, Kamis (14/9).

Pengunduran diri peserta dan juga rendahnya minat masyarakat terhadap konversi sepeda motor listrik ini disebabkan biaya yang dikeluarkan masih tergolong tinggi (sebesar Rp8 juta /unit) walaupun setelah mendapatkan bantuan pemerintah.

Salah satu cara untuk menyelesaikan permasalahan tersebut adalah dengan sistem Swap (Swap Battery). Dengan adanya sistem ini maka masyarakat tidak perlu membeli baterai dengan harga tinggi. Pemerintah dapat menggunakan sistem sewa Swap Battery kepada masyarakat yang ingin mengisi baterai motor listriknya yang habis dengan cara menukar dengan baterai penuh yang telah tersedia di Stasiun Penukaran Baterai Kendaraan Listrik Umum (SPBKLU).

Metode ini memerlukan pengadaan SPBKLU di sejumlah titik strategis di wilayah Indonesia. Balai Besar Survei dan Pengujian Ketenagalistrikan, Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi (BBSP KEBTKE) di bawah Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (Ditjen EBTKE), Kementerian ESDM, telah melakukan kerja sama dengan PT PLN (Persero) Pusat Pemeliharaan Ketenagalistrikan(PUSHARLIS) untuk membangun SPBKLU di berbagai titik.

BBSP KEBTKE juga telah bekerja sama dengan True Digital Leader Global (TDL Global). Hingga saat ini telah tersedia suplai 20 ribu unit baterai di tahun 2023 dari Pabrik Technology With Spirit (TWS) Cina dan akan dilakukan relokasi produksi dari Cina ke Indonesia untuk suplai 100 ribu unit di tahun 2024.

Menurut Yudo Indonesia masih membutuhkan teknologi serta investasi dalam jumlah tidak sedikit untuk bisa membangun ekosistem motor listrik berbasis baterai. Kolaborasi serta dukungan berbagai pihak masih sangat dibutuhkan agar penggunaan motor listrik bisa terus digenjot.

“Kita perlu teknologi, kita juga mengundang kalau mereka minat ini bagian dari kita untuk menggaet investasi dari mereka. Kalau kita teknologi kita perlu belajar banyak untuk baterai yang efisien,” ungkap Yudo.