JAKARTA – PT Pertamina (Persero) membukukan laba bersih US$1,05 miliar atau setara dengan Rp15,3 triliun (dengan asumsi nilai tukar Rp14.572) pada 2020 . Dalam laporan keuangan perusahaan yang sudah teraudit dan disahkan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) pada Senin (14/6), realisasi laba bersih 2020 anjlok 58 persen dibanding realisasi laba bersih pada 2019 sebesar US$2,52 miliar.

Namun, realisasi  laba bersih tersebut 250 persen di atas target RKAP revisi 2020, yaitu US$419,8 juta. Pertamina pada pertengahan 2020 sempat merilis menderita kerugian mencapai US$211 juta.

Fajriyah Usman, Pjs Senior Vice President Corporate Communication & Investor Relations Pertamina, mengatakan sejak pandemi COVID-19 melanda dunia, Pertamina melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kinerja, sesuai dengan arahan Menteri BUMN, yaitu melakukan transformasi, optimasi, efisiensi, dan akuntabilitas secara konsisten di seluruh lini perusahaan sehingga pendapatan konsolidasian pada akhir 2020 dapat mencapai US$41,47 miliar. Jumlah itu pun menurun dibanding realisasi tahun sebelumnya US$54,79 miliar atau turun 24 persen.

Untungnya beban pokok penjualan dan beban lainnya berhasil diturunkan menjadi US$34,51 miliar turun dari posisi 2019 yang mencapai US$46,63 miliar.

Pertamina tahun lalu menderita rugi selisih kurs mencapai US$267,3 juta sementara pada 2019 mampu mencatatkan keuntungan selisih kurs yang mencapai US$289 juta.

Fajriyah mengungkapkan, kinerja keuangan Pertamina pada 2020 akan menjadi acuan bagi seluruh jajaran manajemen perusahaan, baik di holding maupun subholding dalam menetapkan dan menjalankan program kerja 2021.

“Pandemi Covid-19 belum usai, kinerja keuangan dan operasional 2020 menjadi positive driver untuk mewujudkan aspirasi pemegang saham menjadi perusahaan energi global di masa depan dengan nilai perusahaan mencapai US$100 miliar,” kata Fajriyah.(RI)