NEW YORK– Harga minyak mentah di pasar global turun pada akhir perdagangan Selasa atau Rabu (22/1) pagi WIB. Hal ini dipicu oleh kekhawatiran para pedagang tentang perlambatan ekonomi global, yang dapat melemahkan permintaan energi.

Kantor berita Xinhua melaporkan, harga minyak berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Februari 2020, ditutup US$20 sen lebih rendah pada US$58,34 per barel di New York Mercantile Exchange.
Sementara itu minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Maret turun US$61 sen menjadi menetap pada US$64,59 per barel di London ICE Futures Exchange.

Dana Moneter Internasional (IMF) memotong proyeksi pertumbuhan global pada Senin (20/1), mengutip kejutan negatif di beberapa pasar negara berkembang, terutama di India, dan meningkatnya keresahan sosial, tetapi menambahkan bahwa “pertumbuhan global mungkin akan mencapai titik terendah.”

IMF memangkas proyeksi pertumbuhan global untuk tahun ini dan tahun depan masing-masing sebesar 0,1 poin persentase dan 0,2 poin persentase. Pertumbuhan ekonomi global sekarang diproyeksikan meningkat 3,3% pada 2020 dan 3,4% pada 2021.

Kekhawatiran atas melemahnya permintaan melebihi kekhawatiran tentang krisis minyak Libya, menurut para ahli.

Pelaku pasar tidak tampak terlalu khawatir saat ini tentang penutupan produksi di Libya, analis energi di Commerzbank Research mengatakan dalam sebuah catatan pada Selasa (21/1).

National Oil Corporation (NOC), perusahaan BUMN Libya pada Sabtu (18/1) menyatakan keadaan force majeure di pelabuhan-pelabuhan minyak, menuduh tentara yang berbasis di timur menutup pelabuhan-pelabuhan itu. Kondisi ini menyebabkan hilangnya produksi minyak mentah harian 800.000 barel, atau setara harian US$55 juta. (RA)