JAKARTA – Harga emas berpotensi menguat untuk jangka pendek, jika nilai tukar dolar Amerika Serikat terus melemah terhadap mata uang utama lainnya. Namun prospek emas jangka menengah hingga panjang tetap cenderung menurun.

Lukman Otunuga, Research Analyst FXTM, mengatakan ekspektasi pasar mengenai kenaikan suku bunga Federal Reserve secara bertahap dapat mengurangi ketertarikan investor pada logam mulia, dan dolar AS yang menguat secara umum dapat mengancam kenaikan harga emas.

“Faktor-faktor penggerak fundamental di balik apresiasi dolar dalam beberapa bulan terakhir masih terus berlanjut, sehingga emas sepertinya masih harus tertekan,” ujar Lukman, Kamis (26/7).

Aktivitas di salah satu Butik Emas Logam Mulia Aneka Tambang.

Menurut Lukman, secara teknikal harga emas tetap sangat bearish di grafik harian dan formasi death cross menjadi peringatan nyata bagi investor. Secara konsisten ditemukan level terendah lebih rendah (LL) serta level tertinggi yang lebih rendah (HL) saat MACD mengarah ke bawah. Jika dolar AS melemah maka harga emas dapat terangkat menuju level US$1.234 dan berpotensi terus menguat ke level US$1.245. Walau begitu, bears dapat memanfaatkan pantulan untuk mengantarkan harga kembali menuju US$1.213 per ounce.
“Sebaliknya, breakdown tegas di bawah US$1.213 dapat membuka jalan menuju level psikologis $1.200,” kata Lukman.

Pada akhir perdagangan Rabu, emas berjangka di divisi COMEX New York Mercantile Exchange naik US$6,3 atau 0,51% ke level US$1.231,8 per ounce.

Logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman September juga naik 6,9 sen atau 0,44% ke level US$15,58 per ounce. Platinum untuk penyerahan Oktober juga bertambah US$4,1 atau 0,49% ke posisi US$839,7 per ounce.(AT)