JAKARTA– Pemerintah menyatakan akan memberikan insentif menarik bagi masyarakat yang ingin memasang Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Atap. Pemerintah bersama United Nations Development Programme (UNDP) Indonesia,melalui Proyek Market Transformation for Renewable Energy and Energy Efficiency through Design and Implementation of Appropriate Mitigation Actions in Energy Sector (MTRE3), melaksanakan program Hibah Sustainable Energy Fund (SEF) untuk insentif PLTS Atap.

Andriah Feby Misna, Direktur Aneka EBT Ditjen EBTKE Kementerian ESDM, mengatakan pemerintah menargetkan kapasitas PLTS Atap 3,6 Gigawatt (GW) di tahun 2025. Diharapkan pada tahun 2022 bisa terpasang hingga 450 Megawatts (MW) kemudian dilanjutkan tahun 2023 sebesar 900 MW, 2024 sebesar 1800 MW dan tahun 2025 diharapkan mencapai 3600 MW.

“Saat ini PLTS Atap sudah menjadi salah satu proyek strategis nasional, jadi harapan kita bisa mempercepat implementasi PLTS Atap ini,” kata Feby, dalam Sosialisasi Lanjutan Program Hibah SEF Insentif PLTS Atap (Senin, 21/2/2022).

Feby mengungkapkan implementasi PLTS Atap hingga tahun 2021 baru mencapai 48,8 MW dengan jumlah pelanggan kurang lebih 4.724 pelanggan yang tersebar di seluruh Indonesia. Dengan menerapkan program insentif yang memberikan keringanan pada biaya investasi PLTS Atap untuk mencapai nilai keekonomiannya, pemerintah berharap dapat menarik minat lebih banyak konsumen listrik untuk melakukan pemasangan PLTS Atap.

“Pemberian insentif ini ditargetkan bagi para pelanggan PT PLN (Persero) yang memasang PLTS Atap dari golongan rumah tangga, sosial, bisnis dan industri, dengan fokus pada Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)”, kata Feby.

Program ini ditargetkan dapat meningkatkan kapasitas PLTS Atap sebesar 5 MWp untuk 1.296 pelanggan. Program Hibah SEF untuk Insentif PLTS Atap ini diharapkan dapat mendorong minat investasi masyarakat di sektor EBT. Pemberian insentif PLTS Atap disalurkan melalui Badan Pengelola Dana Lingkungan Hidup (BPDLH) dan mengacu pada pembayaran berbasis kinerja (Performance-Based Payment) dengan menggunakan sistem voucher. Dengan melibatkan lembaga pembiayaan nasional seperti BPDLH, diharapkan ada keberlanjutan atau replikasi program setelah kerja sama program ini dengan UNDP berakhir.

Saat ini, program insentif PLTS Atap direncanakan hanya berlaku di tahun 2022 saja dan dengan kuota yang terbatas, yang dapat dilihat pada sistem aplikasi ISURYA. Melalui aplikasi ini juga dapat dilihat persyaratan dan tata cara pendaftaran untuk mendapatkan insentif PLTS Atap.

Feby berharap semua pihak dapat membantu menyebarluaskan informasi Program Insentif PLTS Atap dan tata cara pendaftarannya.

“Semoga program insentif untuk PLTS Atap ini dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin, sehingga dapat mendorong pemanfaatan energi baru terbarukan yang nantinya dapat berkontribusi pada target energi bersih di Indonesia,” kata Feby.

Fabby Tumiwa, Ketua Umum Asosiasi Energi Surya Indonesia (AESI), mengatakan insentif dalam bentuk voucher ini tentunya sangat baik untuk calon pelanggan PLTS Atap. Belanja modal (capital expenditure/capex) dapat dikurangi dari voucher ini.
“Khususnya untuk rumah tangga, keekonomian PLTS Atap akan jadi lebih baik,” kata Fabby kepada Dunia Energi, Rabu(23/2/2022).

Fabby menambahkan, seperti yang disampaikan target SEF ini sebesar 5 MW untuk 1296 pelanggan. Dari sisi jumlah dan kapasitas terpasang tidak terlalu ambisius dibandingkan dengan potensi pasar pengguna PLTS Atap.
Namun, SEF ini bisa menjadi daya tarik utk masyarakat dan diharapkan dapat bergulir di tahun-tahun mendatang menggunakan dana pemerintah (APBN).
“Saya kira sangat mungkin target 450 MW PLTS atap tercapai di tahun ini. Kontribusi yang besar berasal dari PLTS Atap Commercial & Industry (C&I). Saya memperkirakan tahun ini bisa mencapai 300-400 MW,” kata Fabby.(RA)