JAKARTA – Setiap ada kenaikan BBM di tanah air kondisi politik juga pasti bergejolak. Polemik dipastikan terjadi jika pemerintah menaikkan harga BBM. Terbaru kenaikan BBM Pertamax RON 92 juga menuai polemik padahal BBM jenis ini bukanlah BBM bersubsidi atau penugasan melainkan murni produk BBM Pertamina untuk menuai keuntungan sebagai badan usaha.

Pertamina menetapkan harga Pertamax menjadi Rp12.500 per liter naik dari sebelumnya Rp9 ribu per liter.

Kondisi harga BBM di tanah air cukup jauh jika dibandingkan negara tetangga kita Malaysia dimana BBM dengan kualitas lebih baik yakni RON 95 yang harganya sekitar Rp6 ribu per liter. Pemerintah Malaysia memang memberikan subsidi sama seperti di tanah air, tapi subsidi yang diberikan sangat besar dan bagi BBM yang kualitasnya jauh lebih baik. Sementara di Indonesia subsidi diberikan ke BBM yang kualitasnya paling rendah dan jumlahnya juga tergolong kecil.

Harga BBM di Malaysia ini juga rutin diumumkan oleh Kementerian Perdagangan Dalam Negeri dan Halehwal Pengguna (KPDNHEP). harga bensin terbaru per April 2022 dengan oktan 95 atau RON 95 dijual di Malaysia seharga RM 2,05 atau jika dirupiahkan setara dengan Rp 6.900 per liter (kurs Rp 3.400).

Djoko Siswanto, Sekretaris Jendral Dewan Energi Nasional (DEN), menjelaskan ada perbedaan cukup jelas dalam pelaksanaan subsidi di Malaysia dengan di Indonesia. Ini yang membuat pemerintah Malaysia sanggup mensubsidi BBM dalam jumlah besar.

Sumber pendanaan subsidi BBM di Malaysia kata Djoko berasal dari pajak karbon yang sudah berjalan di sana.

“Malaysia itu carbon tax (Pajak Karbon) sudah jalan. Kita mau April tapi nggak jadi lagi,” kata Djoko saat diskusi bersama awak media, Selasa (12/4).

Djoko mengaku telah melakukan studi banding pelaksanaan subsidi energi di Malaysia. Menurut dia salah satau faktor yang sebabkan subsidi berjalan dengan baik di Malaysia adalah sumber pendanaan subsidi bisa dipisahkan tidak dicampur dengan pendanaan lainnya.

“Dia pos keuangannya nggak dicampur. Kalau dikita masuk ke pajak lain-lain. Malaysia itu bisa pisahin kantongnya,” ungkap Djoko.

Pelaksanaan mekanisme pemberian subsidinyapun lebih efektif dengan adanya digitalisasi yang bisa secara optimal pemberian subsidi jadi tepat sasaran.

“Di Malaysia itu jalan ada sekitar 9 konsumen yang disubsidi tapi caranya dikasih kartu dan kuota sebulan 100 liter, belinya pakai kartu langsung dapat diskon, harga BBM nya normal ya harga di SPBU,” ungkap Djoko. (RI)