JAKARTA – Pemerintah melalui Kementerian Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menyepakati Nota Kesepahaman (Memorandum of Understanding) dengan Konsorsium Hyundai dan PT Industri Baterai Indonesia (IBI). Penandatanganan dilakukan oleh Bahlil Lahadalia Kepala BKPM dengan CEO Hyundai Mobis Co. Ltd. Sung Hwan Cho dan anggota konsorsium CEO LG Energy Solution (LGES) Jonghyun Kim, serta Direktur Utama PT Industri Baterai Indonesia Toto Nugroho.

Konsorsium Hyundai, yang terdiri atas Hyundai Motor Company, KIA Corporation, Hyundai Mobis, dan LG Energy Solution bekerja sama dengan PT Industri Baterai Indonesia, atau yang dikenal juga dengan nama Indonesia Battery Corporation (IBC), akan membangun pabrik sel baterai kendaraan listrik dengan total nilai investasi kurang lebih US$1,1 miliar. Kerja sama ini merupakan salah satu tahap dari keseluruhan rencana proyek baterai kendaraan listrik terintegrasi senilai US$9,8 miliar.

Bahlil juga mengingatkan kembali agar dalam implementasi kerja sama ini, perusahaan wajib menggandeng pengusaha dan pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) lokal. Hal ini merupakan amanat dari Undang-Undang No. 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja (UU CK).

“Penandatanganan yang akan disaksikan bersama-sama ini, izinkan saya sampaikan agar dalam implementasinya, sesuai dengan undang-undang, berkolaborasi dengan pengusaha nasional dan UMKM. Hal ini menjadi perhatian khusus bagi pemerintah saat ini. Kami akan kawal dari awal sampai akhir investasi untuk baterai sel ini,” kata Bahlil, Jumat (30/7).

Proyek investasi sel baterai kerja sama Konsorsium Hyundai-LG dan PT Industri Baterai Indonesia ini menjadi upaya untuk mendorong pengembangan ekosistem kendaraan listrik di Indonesia secara keseluruhan dari hulu sampai dengan hilir.

Seiring dengan perkembangannya, nantinya Hyundai tidak saja fokus pada pembuatan kendaraan konvensional, namun juga menjadikan Indonesia salah satu pusat pengembangan ekosistem kendaraan listrik berbasis baterai.

Toto Nugroho, Direktur Utama PT Industri Baterai Indonesia, mengatakan kerja sama ini menjadi momentum dalam pembentukan industri baterai dan kendaraan listrik di Indonesia yang memiliki potensi menjadi pemain global industri baterai karena memiliki 24% cadangan nikel di dunia. “Kami akan memproduksi baterai secara kompetitif untuk memenuhi kebutuhan Indonesia dan juga untuk ekspor,”ujar Toto.

Sung Hwan Cho, CEO Hyundai Mobis Co. Ltd, mengatakan Hyundai komitmen untuk mengembangkan mobil listrik dan ekosistemnya di Indonesia. “Sampai sekarang, berkat dukungan penuh dari Pemerintah Indonesia, kami sudah mencapai target untuk memajukan proyek ini dengan pihak-pihak lain. Saya merasa lebih dekat mencapai target kami, dan sekarang kedua negara akan bermitra untuk mengembangkan mobil listrik dan ekosistem ke depannya,” ujar Cho.

Konsorsium Hyundai rencananya akan membentuk joint venture (JV) dengan PT Industri Baterai Indonesia selaku holding BUMN Baterai yang merupakan gabungan dari empat BUMN, yaitu PLN, Pertamina, MIND ID, dan Antam. Adapun kerja sama investasi ini ditargetkan untuk dapat segera groundbreaking pada tahun ini. Fasilitas sel baterai ini rencananya akan memiliki kapasitas produksi sebesar 10 Giga watt Hour (GwH), yang nantinya akan menyuplai kendaraan listrik produksi Hyundai.(RI)