JAKARTA – PT Indika Energy Tbk (INDY), emiten pertambangan batu bara menyatakan komitmennya untuk berekspansi dalam bisnis Energi Baru Terbarukan (EBT). Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) menjadi fokus pengembangan bisnis Indika di sektor energi hijau.

Arsjad Rasjid, Direktur Utama Indika Energy, mengatakan potensi energi EBT di tanah air sangat besar, salah satunya adalah energi matahari. Untuk itu jumlah investasi yang dianggarkan Indika juga tidak sedikit, yakni mencapai setengah miliar dollar Amerika Serikat.

“Kami kami cadangkan untuk namanya tenaga surya sekitar US$500 juta yang kita komitmen untui investasi kedepannya dalam konteks energi surya,” kata Arsyad, Rabu (24/3).

Menurut Arsjad, tantangan utama dalam mengembangkan PLTS adalah salahsatunya dari sisi penyediaan lahan. Itu yang membuat kebutuhan dana pembangunan PLTS cukup tinggi di tanah air.

“Misalnya kebutuhan lahan untuk 1 Megawatt butuh 1 hektar itu jadi tantangan juga tapi bagaimana kita kerjasama dengan perusahaan-perusahaan untui lihat tempat yang bisa digunakan untuk energi surya,” ungkap Arsjad.

Indonesia menurut Arsjad sedikit terlambat untuk urusan pengembangan EBT apalagi PLTS dengan beberapa negara tetangga seperti Malaysia atau Thailand. Untuk bisa mengejarnya diperlukan kerja sama berbagai pihak serta dukungan regulasi yang tepat. Ini jadi tantangan lain yang harus bisa dikendalikan dengan baik.

“Tantangan lain yakni regulasi perlu bersama-sama industri dan pemerintah untuk lihat regulasi atau insentif yang tepat untuk EBT. kita terlambat dibanding negara lain seperti Thailand Malaysia dll. saya rasa pemerintah sangat mendorong, ada positive view yang ada dari pemerintah untuk kembangkan green energy,” kata dia.

Tantangan lainnya adalah dari sisi teknologi. Terutama pada teknologi penyimpanan listrik. Indonesia sampai saat ini belum menerapkan teknologi baterai penyimpanan listrik dengan skala besar untuk PLTS.

Menurut Arsyad, ada kabar baik ketika pemerintah memutuskan untuk terjun ke industri baterai listrik. Ini bisa jadi solusi masalah teknologi yang dihadapi PLTS.

“Disini ada suatu proses yang harus dilihat konteks industri energy dan baterai, kunci memang di baterai. Kita bisa jadi suplai baterai dunia. ini bagaimana melihat konteks dua insdustri supaya bisa saling menopang sehingga bisa tambah efisiensi yang lebih baik dari costing-nya,” ungkap Arsjad.(RI)