CHICAGO- Harga emas kembali melemah pada akhir perdagangan Rabu (Kamis (25/2) pagi WIB. Ini memperpanjang kerugian untuk hari kedua beruntun karena imbal hasil obligasi pemerintah AS yang tetap tinggi mengurangi daya pikatnya sebagai lindung nilai inflasi saat para investor memantau testimoni ketua Federal Reserve AS di hari kedua.

Reuters melaporkan kontrak emas paling aktif untuk pengiriman April di divisi COMEX New York Exchange, terpangkas US$8,0 atau 0,44% menjadi ditutup pada US$1.797,90 per ounce. Sehari sebelumnya, Selasa (23/2), emas berjangka tergerus US42,5 atau 0,14% menjadi US$1.805,90 per ounce.

Sementara itu, harga emas berjangka melonjak US$31 atau 1,74% menjadi US$1.808,40 per ounce pada Senin (22/2), setelah menguat US$2,4 atau 0,14% menjadi US$1.777,40 pada Jumat (19/2), dan naik US$2,2 atau 0,12% menjadi US$1.775,00 pada Kamis (18/2).

Ketua Federal Reserve AS Jerome Powell kembali bersaksi di depan Kongres AS pada Rabu (24/2). Dia secara khusus berkomentar bahwa kenaikan imbal hasil obligasi baru-baru ini adalah pertanda sehat bagi ekonomi, mengecilkan ketakutan inflasi dari kebijakan fiskal AS yang longgar.

“Meningkatnya imbal hasil obligasi terus membebani pasar emas. Emas belum menemukan jalan untuk pemulihan yang berkelanjutan bahkan dengan pembicaraan tentang langkah-langkah stimulus tambahan,” kata Phillip Streible, kepala strategi pasar di Blue Line Futures di Chicago.

Imbal hasil obligasi pemerintah AS 10-tahun menyentuh 1,4% untuk pertama kalinya sejak Februari 2020. Kenaikan imbal hasil cenderung merugikan daya tarik emas sebagai lindung nilai inflasi karena meningkatkan peluang kerugian memegang logam kuning yang tidak memberikan imbal hasil.

Powell juga menegaskan kembali bahwa suku bunga AS akan tetap rendah dan The Fed akan terus membeli obligasi untuk mendukung ekonomi AS.

Dalam kesaksiannya di hadapan Senat AS pada Selasa (23/2), Powell mengatakan kebijakan moneter masih perlu akomodatif, karena pemulihan ekonomi “tidak merata dan jauh dari selesai.”

“Selama dua hari terakhir, Powell yang sangat dovish dan karenanya ramah risiko telah menyemangati pasar saham yang bearish untuk dolar AS dan dengan demikian telah memberi emas sedikit ruang untuk bernapas,” kata Tai Wong, seorang pedagang di bank investasi BMO di New York.

Investor terus mencermati perkembangan paket bantuan virus corona AS senilai US$1,9 triliun, yang dapat berkontribusi pada pemulihan ekonomi yang cepat tetapi dengan biaya kenaikan inflasi. (RA)