JAKARTA – Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia (IATMI) memberikan sejumlah rekomendasi usai melaksanakan konferensi internasional, akhir pekan lalu. Tidak hanya menyasar aspek teknis dan regulasi, namun juga kesiapan sumber daya manusia dalam mendukung tercapainya target produksi minyak dan gas pada 2030.

Henricus Herwin, Ketua Pelaksana Konferensi Internasional IATMI, mengatakan IATMI memandang perlunya manajemen pengetahuan dan talenta (knowledge & talent management) di bidang industri migas dan juga energi baru dan terbarukan (EBT) sebagai aset intelektual bagi generasi mendatang. Untuk itu, IATMI mendorong agar orkestrasi pengetahuan yang berkesinambungan dapat dilakukan dengan melibatkan diaspora migas Indonesia yang tersebar di seluruh belahan dunia.

“IATMI juga mendorong perguruan tinggi agar dapat memperkaya kurikulum yang ada dengan topik-topik baru seperti Enhanced Oil Recovery, teknologi terkait pengembangan potensi panas bumi, teknologi Carbon Capture, Utilization, and Storage (CCUS) dan juga hal terkait migas non-konvensional,” kata Henricus, Rabu (14/4).

Konferensi internasional IATMI bertajuk “Bending the production curve and transitioning to new energy landscape” membahas beragam topik migas untuk mencapai target produksi nasional unconstraint satu juta barel minyak per hari dan 12 miliar standar kaki kubik gas per hari pada 2030 yang dicanangkan oleh pemerintah.

Hampir seluruh pemangku kepentingan sektor migas mulai dari unsur pemerintah, Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS), lembaga kajian, akademisi serta asosiasi keprofesian migas turut hadir dalam acara yang dibagi menjadi empat Focus Group Discussion (FGD) dan berlangsung maraton sejak siang hingga malam hari. Acara yang dihadiri oleh 600 peserta tersebut, juga diikuti sejumlah diaspora profesional migas Indonesia di Malaysia, Kuwait, Qatar, Rusia, Norwegia, Inggris, Australia dan beberapa negara lainnya.

Menurut Henricus yang juga menjabat sebagai Vice President Development and Production Technical Excellence & Coordination Pertamina Subholding Upstream, pengelolaan aset intelektual dirasa penting oleh IATMI dengan melihat proyeksi kebutuhan energi global yang akan terus meningkat. Oleh karena itu, pengembangan teknologi yang mendukung transisi energi perlu segera dilakukan dengan mempertimbangkan unsur terbarukan (renewable), ketersediaan (availability), ketahanan (security) dan terutama aspek keterjangkauan (affordability). Hal ini memerlukan kerja sama lintas sektoral dan kolaborasi yang erat antara pemerintah, swasta, akademisi dan masyarakat.

“Kebutuhan energi di Indonesia terus meningkat namun di saat bersamaan Indonesia juga harus menangani beragam isu lingkungan seperti mengurangi tingkat emisi karbon,” kata Henricus.(RA)