JAKARTA – PT Medco Energi Internasional (MEDC) Tbk tegaskan masih akan terus fokus berbisnis migas meskipun isu transisi energi terus digaungkan berbagao pihak. Komitmen manajemen untuk terus mendukung pemenuhan energi di tanah air tersebut ditunjukkan dengan terus bertambahnya cadangan migas Medco.

Hilmi Panigoro, Direktur Utama Medco Energi menyatakan, penambahan cadangan jadi kunci perusahaan migas untuk terus tumbuh. Hingga semester I tahun ini perusahaan sukses mencatatkan total cadangan migas mencapai 1,23 miliar barrel oil equivalent (mmboe).

“Hingga semester I total cadangan 1,2 miliar barrel setera minyak terdiri dari 944 juta boe 2C atau sumber daya dan 2P cadangan 289 juta boe dimana cadangan yang siap diproduksikan mencapai 72% dari 2P atau sebesar 207 juta boe,” kata Hilmi disela paparannya dalam Temu Media Nasional bertajuk Masa Depan Industri Hulu Migas Indonesia secara virtual, Rabu (10/11).

Hilmi menuturkan, komitmen perusahaan untuk tetap fokus dalam bisnis migas sejalan dengan niatan perusahaan untuk mendukung target proeukdi migas pemerintah yakni 1 juta barel per hari (BPH) serta gas 12 miliar kaki kubik per hari (BSCFD) pada tahun 2030.

Dia menjelaskan Medco memiliki empat proyek pengembangan guna mendukung target pemerintah tersebut. “Guna mendukung target produksi Migas
Pemerintah, Medco Energi terus melakukan eksplorasi dan eksploitasi cadangan migas di blok-blok potensial,” ujar Hilmi.

Empat proyek yang tengah digarap Medco ini dijadwalkan bisa rampung bervariasi antara tahun 2022 atau tahun 2023. Proyek pertama yang ditargetkan onstream paling awal di kuartal II tahun 2022 adalah proyek Gas Hiu di lapangan Hiu blok B Natuna, Kepulauan Riau. Proyek ini dikerjakan oleh anak usaha Medco EP Indonesia yakni Medco EP Natuna. Proyek akan memproduksi gas sekitar 43 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD).

Berikutnya adalah Proyek Belida Extension dengan estimasi produksi gas sebesar 34 MMSCFD. Proyek di Lapangan Belida yang dikerjakan Medco EP Natuna itu diproyeksi rampung pada kuartal IV tahun 2022.

Proyek selanjutnya Gas Bronang di blok B South Natuna Sea yang diproyeksi bisa menghasilkan tambahan produksi gas sekitar 50 MMSCFD dan rampung pada kuartal IV pada tahun 2023. Proyek Bronang ini juga direncanakan bisa menunjang pengembangan lapangan Forel.

Lapangan Forel sendiri diproyeksikan akan menambah produksi minyak 10 ribu BPH dan juga bisa rampung pada kuartal IV 2023.

“Khusus untuk Forel saya sampaikan ini merupakan lapangan marjinal. Tapi dengan kerja sama yang baik SKK Migas, Kementerian, dan kami, kami berhasil melakukan breakthrough , sehingga lapangan marjinal ini bisa diproduksikan,” kata Hilmi.

Dwi Soetjipto, Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas), menyatakan Medco jadi salah satu mitra SKK Migas yang memiliki perencanaan jelas dalam bisnis hulu migas di tanah air.

Dia menyatakan strategi transisi energi Medco sudah tepat dengan masih mengandalkan hulu migas sebagai bisnis utamanya. Ke depan energi fosil berupa gas memang jadi elemen utama dalam langkah transisi energi.

Dwi menjelaskan penemuan cadangan sisi eksplorasi lebih dr 50% dalam satu dekade berupa gas. Kemudian dari sisi pengembangan 70% PoD yang disetujui adalah lapangan gas sehingga Indonesia punya keberuntungan karena futurenya itu gas. “Dan Medco telah ambil langkah-langkah yang pas pengembangan (industri migas) ke depan,” kata Dwi.

Menurut Dwi rencana pemerintah untuk kurangi penggunaan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) tidak akan menemui kendala dengan keberadaan pembangkit listrik berbahan baku gas.

“Rencana kurangi penggunaan batu bara PLTU, ini akan sejalan dengan rencana produksi 12 BSCFD. Karena sampai sekarang di luar adanya transisi masih ada kelebihan gas apabila kita akan ikuti jalur long term kita. Dalam masalah suplai gas tidak masalah,” jelas Dwi. (RI)