Tantangan baru dihadapi jajaran direksi PT Pertamina Hulu Energi (PHE) setelah perusahaan dijadikan subholding upstream PT Pertamina (Persero). Tugas direksi PHE tambah berat karena harus mengonsolidasikan bekas anak-anak perusahaan hulu (APH) yang sebelumnya dibawah kendali direktorat hulu Pertamina. PHE pu membagi lima wilayah kerja, yaitu regional 1 (Pertamina Hulu Rokan, wilayah Sumatera), regional 2 (Pertamina EP, wilayah Jawa Bagian Barat dan Kepulauan Natuna), regional 3 (Pertamina Hulu Indonesia, regional Kalimantan), regional 4 (Pertamina EP Cepu, sebagian Jawa Tengah-Timur dan Indonesia Timur), serta regional 5 (Pertamina Internasional EP, wilayah luar negeri).

Di tengah proses reorganisasi APH di bawah kendali PHE subholding upstream, kegiatan operasi harus tetap jalan kendati menggunakan pola regionalisasi. Region PHE berfungsi sebagai koordinator kegiatan operasi-produksi unit bisnis di lapangan.

Untuk mengetahui bagaimana kinerja PHE sepanjang Januari-September 2020, berikut wawancara Dudi Rahman dari Dunia Energi dengan Direktur Operasi dan Produksi PHE Taufik Adityawarman. Petikannya.

Bagaimana realisasi produksi PHE subholding upstream hingga kuartal III 2020?
Kinerja operasi produksi migas sampai dengan September sebesar 867 MBOEPD dari produksi minyak 411 MBOPD. Ini berasal dari lapangan domestik sebesar 311 MBOPD dan sekitar 99 MBOPD dari lapangan internasional. Sedangkan produksi gas 2.647 MMCFD yang terdiri atas 2.392 MMSCFD dari lapangan domestik dan 255 MMSCFD dari lapangan internasional. Di tengah tantangan pandemik COVID-19, Pertamina berupaya mempertahankan kinerja operasi melalui aktivitas sebanyak 10 sumur eksplorasi, 206 sumur eksploitasi, 451 workover dan 7416 well services sampai September 2020.

Bagaimana halnya dengan realisasi produksi unit bisnis PHE lama (sebelum jadi subholding hulu)?
Pencapaian kinerja PHE lama sampai dengan September 101% untuk produksi minyak dan 103% untuk produksi gas terhadap target sampai dengan September 2020. Adanya kegiatan drilling dan workover yang agresif menunjang pencapaian ini.

Apakah realisasi produksi PHE subholding sesuai proyeksi?
Realisasi produksi migas hingga akhir September 2020 sebesar 98,1% dari target 2020 karena dampak penurunan penyerapan gas dan penyerapan kilang terminal penampung produksi. Khusus untuk aset internasional, terdapat dampak curtailment OPEC terhadap kinerja operasi subholding upstream.

Apa challenge peningkatan produksi PHE?
Tantangan 2020 terhadap kinerja produksi migas PHE adalah penurunan penyerapan produksi migas, curtailment OPEC, dan dampak keekonomian atas penurunan harga minyak mentah. Beberapa upaya penanggulan yang dilakukan antara lain memaksimalkan fasilitas timbun di terminal penampung produksi, memonetisasi proyek on stream pada 2020, mengurangi planned shutdown, dan mengantisipasi unplanned shutdown melalui peningkatkan reliability fasilitas produksi.

Berapa estimasi realisasi produksi hingga akhir 2020?
Berdasarkan data produksi migas terkini, prognosa produksi migas dapat mencapai 867 MBOEPD, terdiri atas produksi minyak 412 MBOPD dan produksi gas 2641 MMCFD.

Kontributor terbesar dari mana?
Estimasi kontribusi produksi minyak terbesar dari Region IV (Jawa Timur dan Indonesia Timur) sedangkan produksi gas terbesar dari region I (Sumatera).

PIEP selaku region V PHE subholding memiliki kinerja produksi bagus tapi negatif dari finansial. Mengapa bisa terjadi?
Dalam upaya memitigasi dampak penurunan harga minyak mentah, PIEP berupaya mencapai target kinerja produksi migas dan melakukan negosiasi dengan operator setempat atas strategi fiskal yang akan diupayakan pada 2020.

Ada informasi bahwa PHE memproyeksikan laba bersih konsolidasi tahun ini US$ 1,6 miliar. Mengapa bisa turun drastistis dibandingkan tahun lalu saat masih AP hulu?
Fluktuasi kurs dan harga minyak mentah hingga akhir tahun berpengaruh erat terhadap estimasi laba bersih subholding upstream. Dengan demikian, Pertamina akan terlebih dahulu mengevaluasi kondisi finansial sesuai perkembangan  parameter di internal, stakeholder maupun di Indonesia.

Kabarnya Pertamina (Persero) mendorong laba bersih PHE tahun ini digenjot agar bisa melewati US$ 1,6 miliar sedangkan harga minyak rendah?
Dalam upaya meningkatkan laba bersih subholding upstream di kala harga minyak rendah adalah berupaya memaksimalkan penyerapan produksi migas oleh kilang maupun konsumen. Selain itu, prioritisasi rencana kerja untuk mempertahankan produksi, menekan biaya operasi, dan menciptakan sinergi operasi yang optimal.