JAKARTA – PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) memproyeksikan produksi hingga akhir 2020 sebesar 100 ribu barel setara minyak per hari (barrel oil equivalent per day/boepd) hingga 105 boepd, dibawah target  sebelumnya 119 ribu boepd.

Hilmi Panigoro, Direktur Utama Medco Energi, mengatakan penyesuaian target produksi migas tahun ini sangat dipengaruhi kondisi ekonomi global, terutama juga disebabkan adanya pandemi Covid-19.

Medco masih fokus dalam bisnis migas, hanya saja untuk tahun ini perusahaan memilih tidak memasang target tinggi mengingat seluruh lini bisnis termasuk migas juga terguncang akibat pandemi.

“Core kami masih di migas. Untuk 2020 kami menargetkan tadinya produksi 119 ribu, tapi karena ada!  Covid kami melakukan upaya-upaya dengan memotong capex sehingga menurunkan sedikit 100 ribu-105 ribu barel ekuivalen per hari,” kata Hilmi dalam webinar yang digelar Selasa, (8/12).

Hilmi mengatakan pada kuartal III tahun ini Medco harus mengantongi kerugian imbas penurunan harga minyak dan penurunan demand. Dia memprediksi tidak akan ada perubahan drastis dalam tiga bulan terakhir, sehingga kemungkinan besar kinerja keuangan Medco juga masih akan menderita kerguian.

Sepanjang sembilan bulan 2020, Medco mengalami kerugian US$130,11juta dibanding periode sembilan bulan 2019 yang meraih laba bersih US$19,27 juta. Kerugian yang diderita Medco disebabkan peningkatan beban pendanaan dan masih tingginya beban pajak. Sementara pendapatan pada sembilan bulan 2020 turun.

Hilmi berharap dengan telah tibanya vaksin Covid-19 dan rencananya akan mulai disuntikkan pada akhir bulan ini bisa meningkatkan optimisme pertumbuhan ekonomi.

“Kuartal IV aku enggak bisa komen, tapi enggak jauh lah. 2020 ini kami pasti masih nett loss. Karena, harga komoditas rendah. Tapi, saya sih optimis vaksin ini sukses dan menjadikan ekonomi rebound,” ungkap Hilmi.

Tahun depan sendiri, kata Hilmi kondisi diproyeksi akan lebih baik. Meski memang dari sektor migas, harga minyak belum bisa diprediksi. Namun, Medco yang punya anak usaha di bidang tambang dan listrik melihat adanya perbaikan karena harga komoditas yang mulai membaik tahun depan. Harapannya, kondisi ini bisa mendongkrak kondisi keuangan perusahaan.

“Pada 2020 ini memang masih akan nett loss. 2021 saya nggak bisa komen. Tapi sangat tergantug harga komoditas. Emas kuat, cooper kuat. Minyak saya nggak tau. Tapi semoga ini semua bisa lebih baik tahun depan,” kata Hilmi.(RI)