JAKARTA – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatatkan puluhan proyek hulu migas akan dikerjakan dalam kurun waktu enam tahun ke depan. Proyek-proyek itu juga akan menjadi penopang dalam rangka mengejar target produksi tahun 2030 yakni 1 juta barep per hari (BPH) serta gas 12 juta kaki kubik per hari (MMscfd).

Tutuka Ariadji, Dirjen Migas Kementerian ESDM, menyatakan proyek hulu migas di Indonesia untuk kurun waktu 2021 hingga 2027 tercatat 42 proyek, dengan perincian 23 proyek offshore dan 19 proyek onshore.

“Proyek-proyek tersebut diharapkan dapat menghasilkan 1,1 juta setara minyak per hari (BOEPD) dengan investasi sekitar US$43,3 miliar,” kata Tutuka (11/11).

Pemerintah menargetkan penambahan penerimaan negara yang cukup besar yang bisa dihasilkan oleh proyek-proyek tersebut. “Ditargetkan dapat menghasilkan pendapatan bagi Pemerintah dan KKKS sebesar US$203 miliar,” ujar Tutuka.

Sementara di sisi hilir, Pemerintah melalui PT Pertamina membangun kilang minyak baru dan peningkatan kapasitas pengolahan dari 1 juta barel per hari menjadi 1,4 juta BPH, serta peningkatan kapasitas produksi BBM dari 600 ribu BPH menjadi 1,2 juta BPH. “Infrastruktur ini ditargetkan onstream tahun 2022 hingga 2027,” ungkap Tutuka.

Khusus untuk infrastruktur gas bumi, lanjut Tutuka, Pemerintah membangun jaringan pipa gas Cirebon-Semarang sepanjang 260 km, pipa gas Dumai-Sei Mangkei sepanjang 360 km dan membangun mini regas dan FSRU/FSU dan FRU untuk kawasan Indonesia Timur.

“Pemerintah berupaya mengembangkan sistem LNG di pulau-pulau yang kecil. Sumber gasnya dari Bontang, Senoro maupun Tangguh dan dikirimkan ke lokasi-lokasi tersebut,” jelas Tutuka.

Infrastruktur lain yang dibangun adalah jaringan gas untuk rumah tangga (jargas). Dengan dana APBN, hingga tahun 2020, sebanyak 535.555 sambungan rumah (SR) telah terbangun di 17 provinsi, 54 kabupaten/kota.

Untuk meningkatkan jumlah SR yang terbangun, Pemerintah berencana menggunakan skema Kerja Sama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU) mulai 2 tahun mendatang. Dengan skema ini, diharapkan sebanyak 1 juta SR dapat terbangun tiap tahunnya.

“Jargas ini merupakan proyek favorit masyarakat karena mereka tidak perlu lagi repot membeli LPG tabung 3 kg. Program jargas dilaksanakan di daerah yang memiliki atau dekat dengan sumber gas, dengan tujuan supaya masyarakat mendapatkan akses energi yang mudah dan murah,” jelas Tutuka.

Gas memang akan jadi kunci dalam transisi energi di tanah air. Dalam mendukung peranan gas bumi dalam transisi energi, Pemerintah mendorong peningkatan produksi dan infrastruktur gas bumi nasional,

Hingga tahun 2050, peran EBT makin membesar. Minyak dan gas bumi berkurang perannya, tapi masih signifikan. Gas masih berperan penting.

“Untuk itu Pemerintah terus mendorong peningkatan produksi dan infrastruktur gas bumi nasional,” kata Tutuka. (RI)