YOGYAKARTA – PT Medco Power Indonesia melalui dua anak usahanya menandatangani perjanjian jual beli listrik atau Power Purchase Agreement (PPA) dengan PT PLN (Persero) untuk pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di Bali.

Rida Mulyana, Dirjen Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), mengungkapkan harga jual listrik PLTS yang dibagun sangat murah karena dibawah US$6 sen per kWh.

“Yang jelas dibawah US$6 sen per kWh. Itu sudah murah sekali,” kata Rida ditemui setelah penandatangan PPA, disela Energy Trantition Working Group (ETWG) 1, Kamis (24/3).

Berdasarkan data yang diterima Dunia Energi, harga listrik dari dua PLTS tersebut dijamin lebih efisien dari pendahulunya karena berada dibawah US$6 sen per kWh.

Untuk PLTS Bali Barat berkapasitas 25 Megawatt peak (MWp) harga listriknya US$5,9248 per kWh. Kemudian PLTS Bali Timur dengan harga jual listrik US$5,5922 per kWh.

Darmawan Prasodjo, Direktur Utama PLN, menyatakan harga listrik dari pembangkit listrik EBT hampir dipastikan akan terus turun. Ini terbukti pada harga listrik PLTS dimana tahun 2015 masih sekitar US$25 sen per kWh namun saat ini sudah bisa mendekati US$10 sen kWh. Bahkan yang terbaru, PLN membuka lelang pembangkit EBT dengan harga US$3,5 sen per kWh.

“Tujuh tahun lalu solar harganya US$25 sen per kWh tapi di tahun 2017 berkurang dibawah US$10 sen per kWh,” ujar Darmawan.

Selain PPA untuk PLTS di Bali, PLN juga melakukan penandatanganan PPA untuk jual beli listrik Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTM) Sukarema berkapasitas 7 Megawatt (MW) di Lampung dengan PT Lampung Hydroenergi dimana harga listriknya disepakati sebesar Rp945 per kWh. Selanjutnya PPA dengan PT Arkora Energi Baru untuk jual beli listrik PLTM Kukusan berkapasitas 1,54 MW di Lampung dengan harga Rp943 per kWh. “Ini untuk melistriki 56 ribu rumah tangga di Lampung,” kata Darmawan. (RI)