JAKARTA – UNDP Indonesia bersama Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyerukan agar generasi muda Indonesia diminta bersatu untuk mengambil aksi lebih kuat dalam memerangi krisis iklim, terutama  memperluas akses energi bersih di daerah terpencil Indonesia.
Sophie Kemkhadze, Wakil Kepala Perwakilan UNDP Indonesia, mengatakan akses energi, terutama energi bersih bebas emisi, untuk seluruh lapisan masyarakat Indonesia merupakan salah satu kunci untuk mengatasi ketimpangan di Indonesia, terutama di tengah pandemi COVID-19 dimana akses listrik untuk teknologi amat sangat dibutuhkan.

”Saatnya bagi kita menargetkan kelompok komunitas rentan di daerah yang sulit dijangkau di Indonesia, untuk memastikan, misalnya, akses pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi,  bagi anak perempuan dan laki-laki, sehingga bisa keluar dari kemiskinan,” kata Sophie, dalam acara UNDP virtual SDG Talks yang bertajuk “Apa yang bisa Kaum Muda Lakukan untuk Memperluas Akses Energi Bersih”, baru-baru ini. Acara ini merupakan forum diskusi anak muda dari seluruh Indonesia terkait isu pengentasan kemiskinan dan perubahan iklim melalui agenda Sustainable Development Goals (SDG).

UNDP Indonesia bersama Kementerian ESDM dan didukung oleh Pemerintah Korea melalui Badan Hibah Korea Selatan, KOICA melalui proyek ACCESS telah melakukan misi untuk memperluas jangkauan akses energi bersih dari tenaga surya ke desa-desa yang berada di Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara, Nusa Tenggara Timur, dan Kalimantan Tengah.

Lee Jeong Wook selaku Wakil Direktur KOICA Indonesia, menyampaikan KOICA telah bekerjasama dengan UNDP Indonesia dalam mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan, terutama tujuan 7, 10, 13, lewat proyek ACCESS. Lewat forum diskusi kali ini, saya ingin menyampaikan rasa terima kasih terutama lewat upaya bersama dalam mencapai akses energi bersih yang terjangkau dan bagi masyarakat Indonesia.”

Menurut data Kementerian ESDM, rasio elektrifikasi Indonesia tercatat mencapai 99,8% pada tahun 2020. Dalam 6 tahun terakhir rasio elektrifikasi meningkat 14,85% dari tahun 2014. Tahun ini, Kementerian ESDM Menargetkan rasio elektrifikasi mencapai 100%.

Saat ini ada 83,000 desa di seluruh Indonesia, namun belum semua masyarakat menikmati akses energi 24 jam. Teknologi Energi Baru Terbarukan (EBT) pada masa  lalu merupakan opsi yang jauh dari realita karena biaya yang cukup tinggi. Namun saat ini, teknologi EBT memberikan peluang bagi masyarakat dari daerah-daerah pelosok di Indonesia untuk menikmati listrik yang lebih berkualitas.

Konten kreator Jovial Da Lopez mengatakan aksi nyata generasi muda Indonesia memiliki energi yang besar untuk turut serta dalam pencapaian TPB (Tujuan Pembangunan Berkelanjutan). “Sebagai kreator konten, saya punya ketertarikan untuk membangun dunia pendidikan di Indonesia Timur dan dukungan dari anak-anak muda sangat besar menunjukkan kepedulian dan aksi nyata generasi muda di Indonesia,” katanya.

Pandu Ismutadi, Koordinator Implementasi Pengembangan Aneka Energi Baru Terbarukan EBTKE KESDM, menyampaikan optimisme bagi akses energi ke depannya.

“Kita perlu optimis melihat Indonesia dengan potensi energi seperti energi surya dari matahari, ataupun energi yang dihasilkan dari angin dan air. Berbagai universitas di Indonesia juga menjadi solusi terkait pengembangan inovasi dan penelitian untuk penerapan EBT di Indonesia,” ujarnya.

Akses energi berhubungan erat dengan kemiskinan, karena banyak fasilitas umum hanya bisa dinikmati dengan ada nya listrik. Seperti misalnya akses pendidikan maupun kesehatan. Akses pendidikan di masa pandemi saat ini, misalnya, membutuhkan teknologi pengajaran jarak jauh. Demikian juga akses kesehatan yang lebih memadai melalui sumber energi yang bisa diakses kapanpun.

“Kita mempunyai kekuatan dan ketaguhan dari anak-anak muda untuk bisa membawa perubahan dari segi energi terbarukan,” ujar Mathilde Sari Gokmauli, Manager Project ACCESS.(RA)