JAKARTA – Pemerintah mendorong agar PT Pertamina (Persero) melalui Pertamina Hulu Energi (PHE) Sebagai Subholding Upstream Pertamina agar tidak lagi mengelola blok migas kecil yang kontribusi produksi migasnya minim.

Tutuka Ariadji, Dirjen Migas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), menyatakan saat ini ada tugas lebih besar Pertamina yakni mengelola blok – blok besar, terutama yang baru terminasi atau dialih kelola dari kontraktor lain.

“Pertamina sebaiknya nggak mengurusi lapangan yang kecil-kecil bisa dikerjakan oleh yang lain. Pertamina fokus lapangan yang besar – besar saja,” kata Tutuka dalam sesi rapat dengan Komisi VII DPR RI, Selasa (13/12).

Lebih lanjut, menurut Tutuka saat ini pemerintah tengah berupaya memberikan stimulus kepada Pertamina sekaligus dalam rangka perbaikan iklim investasi pengelolaan migas melalui mekanisme Kerja sama Operasi (KSO). “Kami bantu Pertamina perbaiki iklim Investasinya untuk KSO,” ujarnya.

Skema KSO sebenarnya sudaj dijalankan. Sebelumnya Pertamina EP yang banyak melakukan KSO dengan mitra. Ke depan pemerintah akan lebih mendorong keterlibatan mitra Pertamina.

“Ada belasan KSO sekarang, supaya menarik investor yang mau ambil KSO sekarang sudah mulai jalan jadi Pertamina lebih fokus,” ujar Tutuka.

Seperti diketahui, saat ini ada beberapa blok raksasa yang dikelola Pertamina diantaranya blok Mahakam yang dialihkelola dari Total. Selanjutnya ada blok Rokan yang sebelumnya dikelola oleh Chevron. Hingga kinu blok Rokan menjadi salah satu kontributor produksi minyak terbesar di Indonesia. Belum lagi Lapangan Jambaran Tiung Biru (JTB) yang merupakan proyek gas terbesar yang pernah digarap langsung Pertamina yang baru saja mulai berproduksi.

Selain itu, ke depan kemungkinan besar Pertamina bakal ikut terlibat dalam proyek Masela, proyek gas terbesar dalam sejarah Industri migas tanah air. Pertamina rencananya bakal akuisisi saham Shell di proyek Masela.