JAKARTA – Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) bersama dengan PT Chevron Pacific Indonesia mulai membahas perpanjangan kontrak proyek migas Indonesia laut dalam atau Indonesian Deepwater Development (IDD).

Dwi Soetjipto, Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas), mengatakan pembahasan final rencana pengembangan (Plan of Development/PoD) proyek IDD tahap kedua dengan pihak Chevron sudah dilakukan.

Selain rencana pengembangan, salah satu pembahasan juga termasuk  kontrak.

“Ya iya yang dibahas pasti itu (kontrak IDD). Ini sudah masuk final (pembahasan) persetujuan PoD,” kata Dwi ditemui di Kementerian ESDM Jakarta, Rabu (2/1).

Lapangan Gendalo merupakan bagian dari blok Ganal, sebagian lapangan Gehem juga termasuk Ganal. Sementara sebagian besar lapangan Gehem berada di blok Rapak. Kedua blok tersebut akan habis masa kontraknya pada 2027-2028.

Untuk tahap kedua yang dikembangkan adalah lapangan gas Gendalo dan Gehem. Selama ini kelanjutan proyek terkesan maju mundur, terkendala di biaya proyek.

Studi dan konsep kelayakan pekerjaan keteknikan dan desain, atau pre-Front End Engineering and Design, atas proyek IDD telah dimulai pada Desember 2017. Pada Juni 2018 bahkan sempat ada pengajuan proposal IDD beberapa kali dalam 24 jam dengan jumlah esmtimasi biaya proyek yang berubah-berubah.

Perubahan angka biaya proyek terjadi dalam jumlah yang sangat signifikan, jauh berbeda dengan kesepakatan yang dicapai antara pemerintah dan Chevron.

PoD IDD tahap kedua sebenarnya sudah sempat disetujui pemerintah pada 2008.  Namun seiring perjalanan waktu pada 2013 setelah tahap front end engineering design (FEED), biaya yang dibutuhkan proyek tersebut meningkat menjadi sekitar US$ 12,8 miliar. Mulai melonjaknya harga minyak menjadi alasan Chevron melakukan revisi PoD tersebut.

Rencananya gas alam hasil produksi dari proyek ini akan dijual untuk kebutuhan dalam negeri dan diekspor dalam bentuk gas alam cair. Proyek tersebut memiliki rencana kapasitas terpasang sebesar 1,1 miliar kaki kubik gas alam dan 47.000 barel kondensat per hari. Kepemilikan perusahaan adalah sebesar 63%, sementara mitra joint venture lainnya, yaitu ENI, Tip Top, Pertamina Hulu Energi, dan mitra Muara Bakau.(RI)