JAKARTA – Pencanangan industri hilirisasi batu bara di kawasan Bukit Asam Coal Based Special Economic Zone (BACBSEZ), Tanjung Enim, Sumatera Selatan  digulirkan, Minggu (3/2). Sebagai kelanjutan dari rencana pengembangan industri hilirisasi batu bara, nantinya akan dibangun empat komplek pabrik gasifikasi sebagai kelanjutan dari rencana pengembangan industri hilirisasi batu bara.

“Empat komplek pabrik untuk mendukung proyek hilirisasi meliputi komplek pabrik coal to syngas, komplek pabrik syngas to urea, komplek pabrik syngas to DME, dan komplek pabrik syngas to polypropylene,” kata Suherman, Sekretaris Perusahaan PT Bukit Asam Tbk (PTBA) kepada Dunia Energi, Senin (4/2).

Suherman mengatakan pembangunan empat komplek pabrik tersebut merupakan kelanjutan dari Head of Agreement (HoA) yang telah ditandatangani Bukit Asam, PT Pertamina (Persero), PT Pupuk Indonesia, dan PT Chandra Asri Petrochemicals Tbk pada 8 Desember 2017.

Melalui teknologi gasifikasi, batu bara kalori rendah akan diubah menjadi produk akhir yang bernilai tinggi. Teknologi ini akan mengkonversi batu bara muda menjadi syngas untuk kemudian diproses menjadi Dimethyl Ether (DME) sebagai substitusi LPG, urea sebagai pupuk, dan polypropylene sebagai bahan baku plastik.

Kerja sama Bukit Asam dengan Pertamina, Pupuk Indonesia dan Chandra Asri Petrochemical merupakan salah satu bentuk implementasi Peraturan Presiden (PP) Nomor 1 Tahun 2017 tentang Hilirisasi Mineral dan Batubara, serta Kepmen ESDM no. 2183 K/30/MEM 2017 tentang Penetapan Kebutuhan dan Presentasi Minimal Penjualan Batubara untuk Kepentingan Dalam Negeri.

Kerja sama tersebut diharapkan dapat memberikan nilai tambah sehingga batu bara tidak hanya dijual sebagai produk akhir, tetapi dijadikan sebagai bahan baku. Selain itu, diharapkan dengan kerja sama itu juga dapat meningkatkan sinergi antar BUMN, dan mampu menciptakan efisiensi dalam industri batu bara, gas, pupuk dan kimia.

Pabrik gasifikasi batu bara direncanakan mulai beroperasi pada November 2022 dan diharapkan akan mampu memenuhi kebutuhan pasar sebesar 500 ribu ton urea per tahun, 400 ribu ton DME per tahun, dan 450 ribu ton polypropylene per tahun. Diperkirakan kebutuhan batu bara sebagai bahan baku akan mencapai 5,2 juta ton per tahun, serta untuk listrik sebesar 1 juta ton. “Total batu bara yang diperlukan untuk proyek ini sebesar 6,2 juta ton per tahun,” tandas Suherman.(RA)