JAKARTA – Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) menyatakan 33% dana Komitmen Kerja Pasti (KKP) blok yang habis kontraknya antara 2020 hingga 2022 akan dialokasikan untuk program Enhance Oil Recovery (EOR). Total dana KKP yang terhimpun adalah sebanyak US$1,169 miliar, sehingga dana yang disiapkan untuk program EOR sebesar US$386,8 juta.

Adapun rincian kegiatan pengembangan EOR antara lain, dua kegiatan study EOR yang memghabiskan dana US$4 juta dan ada sembilan pilot project EOR dengan kebutuhan biaya mencapai US$382,8 juta.

Dwi Soetjipto, Kepala SKK Migas, mengungkapkan dana KKP tersebut berasal dari berakhirnya kontrak 13 blok migas pada 2020 hingga 2022. “Rencana kerja dan perkiraan lifting gas, peningkatan program kerja seiring kepastian perpanjangan atau keputusan operator baru 13 WK berakhir tahun 2020-2022,” kata Dwi di Jakarta, baru-baru ini.

Untuk program eksplorasi yang menggunakan dana KKP dari kontrak yang berakhir hingga 2022, antara lain 41 study GNG, 2.150 km plus 1 paket seismik, 3.050 km2 seismik 3D, dan pengeboran 70 sumur ekplorasi. “Kemudian dengan nilai,, programnya studi GNG US$10,6 juta, seismik 2D-3D US$205,2 juta, exploration well US$567 juta. ”Totalnya adalah US$782,7 juta,” kata Dwi.

Mantan dirut Pertamina itu optimistis produksi bisa meningkat seiring dgn menambahnya proker drilling, work over dan well service. Dalam rencananya akan ada percepatan dalam program drilling sepanjang 2021-2025. “Work over juga diharapkan akan meningkat, well service juga meningkat,” ungkap Dwi.

Berdasarkan perkiraan lifting migas dari 13 blok migas tersebut memang masa krusial terjadi pada medio tahun 2020 dan 2021. Kontribusi dari 13 blok migad tersebut diperkirakan bisa stabil lebih dari 300 ribuan barel setara minyak per hari (boepd). Adapun 13 blok migas tersebut antara lain, Blok South Jambi B, Makassar Strait, Brantas, Salawati, Malacca Strait, Kepala Burung, Bentu, Selat Panjang, Rokan,Tarakan, CPP, Tungkal, dan Sengkang.

“Tapi setelah itu (tahun 2021) produksi migas harus sudah meningkat di tahun berikutnya sejalan dengan visi satu juta barel minyak dan 3,2 juta boepd pada 2030,” kata Dwi.(RI)