PT Pertamina EP, anak usaha PT Pertamina (Persero) di sektor hulu migas sekaligus kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) di bawah pengawasan SKK Migas, membukukan kinerja operasional dan finansial cukup moncer sepanjang 2018. Salah satu kontributor atas kinerja apik Pertamina EP adalah Pertamina EP (PEP) Asset 4–satu dari lima Asset Pertamina EP—dengan wilayah kerja berada di empat provinsi, yaitu Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Tengah, dan Papua Barat.

Hingga akhir 2018, Pertamina EP Asset 4 mencatatkan produksi minyak sebesar 14.321 barel per hari (BOPD) dan produksi gas 179,62 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD) (SOT). Kontributor terbesar produksi minyak PEP Asset 4 adalah Sukowati Field yang diserahterimakan pengelolaannya dari Joint Operating Body Pertamina PetroChina East Java (JOB PPEJ) kepada PEP pada 20 Mei 2018. Kontribusi lapangan minyak di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur Tersebut mencapai lebih dari 60% secara konsolidasi terhadap capaian produksi minyak PEP Asset 4.

Untuk mengetahui lebih jauh pencapaian produksi minyak dan gas PEP Asset 4 sepanjang 2018 dan proyeksinya pada 2019, wartawan Dunia-Energi Dudi Rahman mewawancarai General Manager Pertamina EP Asset 4 Agus Amperianto. Berikut petikannya.

 

(foto: A Tatan Rustandi/Dunia-Energi)

Kinerja produksi migas PEP Asset 4 sepanjang 2018 cukup positif. Apakah realisasi produksi lebih tinggi atau lebih rendah dibandingkan 2017?
Realisasi produksi Pertamina EP Asset 4 pada 2018 lebih tinggi dibandingkan 2017. Pada 2017, realisasi produksi sebesar 13.096 BOPD dan gas 143,96 MMSCFD. Sedangkan target awal produksi minyak 2018 sebesar 14.032 BOPD dan gas 169,93 MMSCFD.

Apa yang menyebabkan produksi PEP Asset 4 meningkat, tak hanya di atas realisasi 2017, tapi juga melewati proyeksi awal 2018?
Pertama, masuknya Sukowati Field pada Mei 2018 dan Asset 4 berhasil melakukan perbaikan cement bonding di field tersebut sehingga produksi lapangan Sukowati meningkat. Kedua, pada 2018, Papua Field dan Unitisasi Wakamuk sudah berproduksi penuh, dibandingkan 2017. Papua Field dan Unitisasi Wakamuk mulai masuk Asset 4 pada Mei 2017. Ketiga, keberhasilan pemboran tiga sumur di Tapen, yaitu TPN-4, 5, dan 6. Keempat, mulai berproduksinya struktur Matindok (di Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah) yang memiliki Condensate Gas Ratio (CGR) yang tinggi. Kelima, kami berhasil meningkatkan produksi struktur-struktur ex-GCI yang diserahterimakan kembali pada September 2017 sehingga kembali berproduksi sesuai potensinya.

Field mana yang berkontribusi terbesar?
Untuk minyak, Sukowati Field (rata-rata 7.377 BOPD) dan gas dari Donggi-Matindok Field (rata-rata 98,65 MMSCFD).

 

(foto: A Tatan Rustandi/Dunia-Energi)

Bagaimana dengan proyeksi produksi PEP Asset 4 pada 2019?
Dalam RKAP 2019, kami proyeksikan produksi minyak 17.712 BOPD dan gas 168,91 MMSCFD. Sedangkan dalam WP&B, minyak diproyeksikan sebesar 18.478 BOPD dan gas 168,80 MMSCFD.

Field mana yang akan jadi andalan produksi PEP Asset 4 tahun ini?
Untuk minyak, Sukowati Field tetap jadi andalan. Kami proyeksikan Sukowati Field mencapai 11.838 BOPD dengan target produksi gas 12,30 MMSCFD. Sedangkan untuk gas, Donggi-Matindok (di Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah) diproyeksikan memberi kontribusi terbesar, yaitu gas sebesar ( 87,07 MMSCFD) dan kondensat (629 BOPD).

Apa yang disiapkan PEP Asset 4 untuk mencapai target tersebut?
Ada beberapa kegiatan yang akan kami laksanakan. Pertama, pemboran tiga sumur produksi di Cepu Field (di Kabupaten Blora, Jawa Tengah) dan satu sumur injeksi di Sukowati Field. Kedua, workover delapan sumur di Poleng Field (Kabupaten Gresik, Jawa Timur). Ketiga, 132 kegiatan Well Intervention. Keempat, 150 kegiatan well service. Kelima, maintenance secara berkala untuk mencegah unplanned shut down.

Anda optimistis target tersebut dapat tercapai?
Optimisme kenaikan produksi dan pelaksanaan program kerja optimistis dari lapangan Linda-Sele pascaintegrasi dengan Papua Field, dan optimisme program efisiensi di lapangan Klamono & Salawati, serta peningkatan produksi dari pekerjaan well intervention di lapangan Sukowati. Sinergi dan optimalisasi asset juga menjadi kunci untuk melaksanakan rencana kerja sehingga target akan tercapai, yaitu dengan melaksanakan lima skala prioritas, yaitu dalam hal metode eksploitasi yang mudah dan cepat untuk dilaksanakan, mata rantai supply/SCM, keandalan (availability & reliability) peralatan produksi atas tanah (surface equipment), sumber daya manusia/SDM dan dukungan dari lingkungan.

Apa saja kendala yang mungkin muncul dalam upaya mencapai target tersebut?
Ada potensi unplanned shut down yang terjadi di Poleng dengan adanya FSA (facility sharing agreement) dengan Pertamina Hulu Energi West Madura Offshore. Selain itu, potensi pencapaian produksi Cepu Field yang diperkirakan turun pada September 2019 selama kegiatan planned shut-down CPP Gundih. Kami juga ada beberapa rencana maintenance di Sukowati Field, dan potensi decline produksi yang belum bisa diprediksi akibat problem scale, maupun penanganan masalah air terproduksi.

Dari sisi finansial, berapa belanja modal yang dianggarkan PEP Asset 4 tahun ini?
Berdasarkan usulan RKAP 2019, belanja modal (capital expenditure/capex) disetujui sebesar US$ 47,9 juta, naik dibandingkan dengan realisasi 2018 dengan total sebesar US$ 44,9 juta.

Alokasinya untuk apa saja?
Alokasi capex untuk biaya pemboran, workover, pembangunan fasilitas produksi, dan pemenuhan fasilitas dan peralatan HSSE.

Fasilitas produksi Sukowati Field, Pertamina EP Asset 4.

(Foto: A Tatan Rustandi/Dunia-Energi)

Bagaimana dengan biaya operasi?
Untuk operation expenses (opex) kami alokasikan US$ 143,05 juta, turun dibandingkan realisasi 2018 sebesar US$ 144,41 juta.

Rencana penggunanannya?
Alokasi opex untuk biaya operasional rutin perawatan sumur yang off, handling crude/gas, perawatan  peralatan, sertifikasi pekerja, sertifikasi peralatan, dan biaya upah pekerja. (DR)