JAKARTA – Hasil penerapan metode produksi minyak lanjutan (Enhance Oil Recovery/EOR) di Blok Rokan baru akan terlihat pada 2023. Saat ini PT Chevron Pacific Indonesia tidak melanjutkan metode EOR lantaran pengelolaannya akan beralih ke PT Pertamina (Persero) pada 2021 mendatang.

Dwi Soetjipto, Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas (SKK Migas), mengatakan hingga kini persiapan EOR secara full terus berjalan, namun tetap harus melalui berbagai proses. Pertamina masih harus menyiapkan dana besar untuk bisa menjalankan EOR secara maksimal.

“Butuh banyak penelitian-penelitian dan setelah implementasi akan ada dampak. Dan kami laporkan dari EOR akan masuk pada 2023,” kata Dwi di Jakarta, Kamis (29/8).

Berdasarkan kajian yang telah dilakukan bersama Pertamina, Blok Rokan yang paling siap menerapkan EOR dengan kebutuhan dana mencapai US$7 juta.

“Untuk capexnya (capital expenditure/belanja modal) itu sekitar US$5 juta-US$7 juta. Itu pemasangannya (EOR) butuh 2-3 tahun, itu di Blok Rokan. Itu yang kami targetkan untuk tambah produksi pada 2023,” tukasnya.

Pertamina melaksanakan kegiatan EOR melalui anak usahanya, PT Pertamina EP, di delapan lapangan. EOR lanjutan dengan injeksi kimia dilakukan di Lapangan Tanjung, dan akan dilanjutkan di Lapangan Rantau, Jirak, Limau, dan Sago. Selanjutnya, EOR injeksi karbondioksida (CO2 flooding) direncanakan diterapkan di Lapangan Ramba, Jatibarang, dan Sukowati.

Pertamina juga memperluas kegiatan EOR ke blok migas yang dikelola PT Pertamina Hulu Energi (PHE), yakni di Blok Offshore North West Java, tepatnya di Lapangan Zulu dan E-Main. Selain itu, di Lapangan Batang yang dioperasikan PHE Siak dalam waktu dekat akan dilakukan pilot project EOR steam flooding.

Kegiatan EOR juga akan diterapkan di Blok Rokan. di mana Pertamina akan melakukan studi subsurface di beberapa lapangan pada tahun depan untuk mempercepat rencana pengembangannya. Hasil studi akan menjadi dasar rencana kerja Pertamina pada awal pengelolaan Blok Rokan.

“Mengantisipasi alih kelola Blok Rokan dari Chevron oleh Pertamina pada 2021, Pertamina telah melakukan preliminary portfolio untuk target lapangan-lapangan yang dapat dioptimasikan agar produksi minyak dapat ditingkatkan saat alih kelola,” ungkap Dharmawan H Samsu, Direktur Hulu Pertamina.

Dalam road map implementasi SKK Migas terungkap bahwa EOR diproyeksikan baru dirasakan pada 2025 dengan produksi minyak sebesar 494 ribu barel per hari (bph) lebih tinggi dibanding jika tidak ada EOR sebesar 480 ribu bph. Selanjutnya, pada 2027, produksi minyak menjadi 446 ribu bph. Proyeksi itu dinilai jauh lebih baik dibanding jika tanpa EOR yang hanya sebesar 376 ribu bph.

Selanjutnya, pada 2028, EOR akan memberikan tambahan 125 ribu bph sehingga produksi minyak dapat dipertahankan sebesar 459 ribu bph. Tambahan ini akan terus membesar menjadi 187 ribu bph pada 2029 di mana produksi ditahan pada 498 ribu bph dan 239 ribu bph pada 2030 di mana produksi menjadi 520 ribu bph.

Pri Agung Rakhmanto, Pengamat Migas dari Universitas Trisakti, mengatakan ditingkat pilot project, EOR sudah banyak dilakukan dan hasilnya bagus. “Jadi tepat kalau kemudian sekarang akan diterapkan secara full scale,” katanya.(RI)