JAKARTA– PT Pertamina EP, anak usaha PT Pertamina (Persero) sekaligus kontaktor kontrak kerja sama (KKKS) di bawah pengawasan SKK Migas, mencatatkan kinerja positif sepanjang 2019. Hal itu dibuktikan dari raihan laba bersih sebesar US$ 634 juta (belum audit) atau sekitar Rp9 triliun (kurs Rp 14.200 per dolar AS) dan laba bersih sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi (EBITDA) sebesar US$ 1.821 juta (belum audit) atau sekitar Rp25,86 triliun.

Sementara itu, produksi minyak Pertamina EP (PEP) pada 2019 mencapai rata-rata 82.213 barel per hari (BOPD) dan gas sebesar 959 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD). Adapun lifting minyak teratat 82.190 BOPD atau 102% dibandingkan target dalam Rencana Kerja Anggaran Perusahaan, yaitu 80.733 BOPD.

“Alhamdulillah, kinerja positif PEP pada 2019 juga ditopang oleh komitmen perusahaan dalam bidang Health Safety Security and Environment. Hal ini dibuktikan dengan Zero Fatality dan Zero Lost Time Incident dengan jumlah jam kerja selamat sebanyak 99.741.534,” ujar Nanang Abdul Manaf, Presiden Direktur Pertamina EP dalam keterangan tertulis yang diterima Dunia-Energi di Jakarta, Jumat (16/1).

Nanang mengungkapkan kinerja pemboran PEP pada 2019, untuk pemboran eksplorasi telah dilaksanakan sebanyak sebelas sumur dan untuk pemboran eksploitasi telah dibor sebanyak 99 sumur. Adapun untuk kinerja seismik tiga dimensi (3D) telah terlaksana seluas 469 km2 dan seismik dua dimensi (2D) terlaksana sebesar 496 km, atau 140% dari target sebesar 355 km.

Ke depan, menurut Nanang, para insan PEP harus kerja keras untuk menambah cadangan baik minyak dan gas di tiap field dan asset. Saat ini beberapa sumur field sudah memasuki usia senja. “Untuk itu perlu diremajakan lagi dengan cara menemukan titik titik sumur baru sebagai cadangan,” katanya.

Nanang juga menjelaskan tantangan-tantangan yang akan dihadapi pada tahun 2020. Apalagi, PEP tahun ini ditargetkan dapat menghasilkan minyak sebesar 85.000 BOPD dan gas sebesar 932 MMSCFD.

Dari sisi finansial, tahun ini PEP membidik pendapatan sebesar US$ 3,1 miliar atau Rp44,64 triliun dengan asumsi kurs rupiah terhadap dolar AS sebesar Rp14.400, lebih tinggi dari pencapaian hingga November 2019 yang tercatat US$ 2,71 miliar (unaudited) atau Rp38,48 triliun. Sementara itu, laba bersih diproyeksikan US$ 680 juta.

Demi mencapai target tahun ini, Pertamina EP mengalokasikan belanja modal sebesar US$784 juta dan belanja operasi  sebesar US$ 1,24 miliar.

Nanang menjelaskan, untuk mencapai target tersebut, ada beberapa tantangan yang harus dihadapi perusahaan, antara lain memenuhi harapan pemangku kepentingan produksi minyak nasional sebesar satu juta BOPD pada 2030, optimalisasi harga gas, mempertahankan trend positif tiga tahun terakhir migas PEP (2017-2019), Ageing Production Facilities, EOR Implementation, dan big discovery.

Dia mengatakan beberapa strategi yang akan dilaksanakan PEP demi pencapaian Rencana Kerja tahun 2020, antara lain menjaga dan meningkatkan lagi kinerja HSSE, Eksekusi program kerja On Time On Budget On Schedule and On Return dengan mengimplementasikan Bussiner Acceleration Program (BAP) secara konsisten. Selain itu juga menerapkan Cost Effectiveness & Efficiency serta menerapkan Good Change Management.

“Strategi kami juga harus agresif di awal tahun ini serta menerapkan budaya sharing dan sinergi antar asset serta field,” ujarnya.

Basuki Trikora Putra, Komisaris Utama PEP, mengapresiasi kinerja Pertamina EP selama 2019, khususnya di bidang lifting minyak yang sangat membanggakan serta catatan yang bagus di bidang HSSE. Basuki juga bersyukur dengan pencapaian penghargaan PROPER 2019 dengan predikat PROPER emas sebanyak empat piala, begitu juga dengan raihan 12 PROPER hijau, dan 4 PROPER biru.

“Semoga PEP dapat terus menjalankan kegiatan operasional dengan menjaga aspek safety serta memperhatikan Good Corporate Governance. Kami berharap kinerja PEP dapat terus meningkat sehingga terus mendukung ketahanan energi nasional,” katanya. (DR)