JAKARTA – Badan Pengatur Hilir Migas (BPH Migas) mendorong penggunaangas alam cair (Liquefied Natural Gas/LNG) sebagai bahan bakar alternatif pengganti BBM untuk kereta api. Penggunaan LNG sangat dimungkinkan pada kereta api melalui ISO Tank.

M Fanshurullah Asa, Kepala BPH Migas, mengatakan dengan LNG maka ada potensi penghematan besar dari sisi bahan bakar. Penghematan tersebut akan berdampak langsung pada keuangan negara, karena BBM jenis solar untuk kereta api angkutan masyarakat masih di subsidi negara. Sebagai gambaran harga LNG hanya US$5 per MMBTU, lebih murah dibanding BBM yang mencapai US$15-US$20 per barel.

“Pada 2020 kuota BBM subsidi untuk KAI sebesar 240.000 kilo liter (KL). Dengan selisih harga antara solar subsidi dan nonsubsidi sekitar Rp5.000 per liter, maka akan ada potensi penghematan keuangan negara sebesar Rp1,2 Trilliun,” kata Fanshurullah, Rabu (11/11).

BPH Migas saat ini sedang melakukan kerja sama dengan Fakultas Teknik UI untuk melakukan kajian penyusunan LNG di Indonesia. BPH Migas sebagai lembaga independen mempunyai peran strategis sebagai wasit dalam kegiatan usaha hilir migas.

Menurut Fanshurullah, penggunaan LNG untuk kereta api sudah digunakan di Amerika Serikat, Kanada, Rusia, dan India. “Jika Indonesia berhasil, maka menjadi negara ke 5 yang menerapkan LNG sebagai bahan bakar kereta api,” kata dia.

Fanshurullah pun meminta ada komitmen dari PT KAI untuk menggunakan LNG. Jika belum sebagai bahan bakar utama, penggunaan LNG bisa bertahap untuk kelistrikan di kereta api terlebih dulu.

“Untuk KAI yang penting kesungguhan komitmen dulu untuk segera mewujudkan ini, memang tidak untuk secara keseluruhan, bisa untuk penerangan gerbong terlebih dahulu, tetapi progress-nya jelas. Jika langsung lokomotif saat ini mungkin terkendala, untuk pengadaan lokomotif baru kita harapkan langsung bisa dual fuel BBM, solar maupun LNG,” ungkap Fanshurullah.

Adi Sangga Prasetya, Direktur Komersial PT PGN LNG, mengatakan kesiapan PGN LNG untuk mendukung konversi BBM ke LNG pada KAI. Apalagi pada Juli 2020 sudah ada MoU lanjutan dengan PT KAI. Terkait dengan penyediaan LNG untuk pemenuhan kebutuhan bahan bakar industri di Pulau Jawa, termasuk untuk KAI saat ini sedang dibangun Terminal LNG Jatim di Teluk Lamong, Gresik, yang merupakan sinergi antar BUMN, yaitu PGN LNG dengan Pelindo III.

Saat ini progres pembangunannya telah mencapai 90% dan dijadwalkan akan beroperasi pada kuartal II 2021. Sumber pasokan LNG berasal dari Kilang Bontang yang diangkut dengan kapal tanker. Dari Terminal LNG Jatim akan distribusikan ke pipa gas atau langsung disalurkan ke konsumen dengan lSO container. Posisi Pelabuhan Teluk Lamong berdekatan dengan jaringan kereta di Surabaya dan Gresik, juga sangat mendukung untuk supply LNG untuk KAI. KAI juga bisa sekaligus berperan dalam penyaluran atau pengangkutan LNG dengan Iso Container.

“Ada benefit tambahan jika pengangkutan ISO container dilakukan oleh KAI karena keberadaan posisi strategis KA yang memiliki jaringan stasiun point to point,” kata Adi Sangga.(RI)