JAKARTA – Badan Pengatur Hilir Migas (BPH Migas) mendorong pelaku usaha yang tergabung dalam Kamar Dagang Industri (Kadin) Indonesia untuk berinvestasi di sektor midstream dan hilir migas. Peluang investasinya masih sangat bagus apalagi sudah jaminan pemgembalian usaha dari pemerintah.

Jugi Prajugio, Anggota Komite BPH Migas, mengatakan Kadin bisa terjun di tiga lini bisnis yang prospektif. Pertama
pengusahaan pipanisasi, penetapan toll fee, dan harga untuk kebutuhan jaringan rumah tangga dan pelanggan kecil.

“Untuk pengusahaan pipa transmisi, BPH Migas akan melelang ruas transmisi yang dapat dikuti oleh Badan Usaha di bidang gas,” kata Jugi, Senin (15/2).

Menurut Jugi, untuk menciptakan mendorong penggunaan gas bumi untuk industri dan rumah tangga sebelum pipa transmisi dibangun, dalam jangka pendek dapat dibuat Receiving Terminal LNG berbasis ISO Tank. “Ini adalah peluang bisnis yang dapat digarap oleh pengusaha dibawah Kadin” kata Jugi.

BPH Migas mendorong Kadin berinvestasi infrastruktur gas di Kalimantan yang mempunyai lima provinsi sangat potensial untuk dibangun pipa transmisi dan distribusi.

“Yang potensial dibangun WJD (Wilayah Jaringan Distribusi) dengan pipa yang lebih kecil dari pipa transmisi adalah Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Barat,” kata Jugi.

Jugi mengatakan jika dilihat dari demand baik listrik maupun non listrik, kebutuhan gas untuk satu WJD antara 4 hingga 10 MMscfd, hitungan bisnis calon pelanggan 3 MMscfd demand secara rutin sudah feaseable, FPP produktif, IRR produktif, karena BEP di bawah 10 tahun. “Dari LNG dulu. Kalau dapat membuat ranting dulu di Kalimantan, nanti baru ditingkatkan menjadi distribusi, tanki LNG diganti dengan pipa transmisi,” ungkap Jugi.

Selain pengusahaan pipa transmisi, peluang usaha yang bisa diambil Kadin adalah jaringan gas untuk rumah tangga dan pelanggan kecil. “BPH Migas nanti akan membuat peraturan, kalau yang sudah ada untuk rumah tangga 1 investasinya dari APBN, untuk Rumah Tangga 2 investasi mandiri. Tentu ini peluang bagi Kadin untuk turut menggarap jaringan gas di apartemen, perumahan mewah, pusat perbelanjaan, dan lainnya,” kata Jugi.

Bobby Gafur Umar, Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Energi dan Migas, mendorong adanya nota kesepahaman antara BPH Migas dan para pelaku usaha sehingga peluang bisnis yang ada bisa termonetisasi.

“Kadin punya tangan bukan hanya di pusat, tetapi juga daerah banyak pengusaha mencari peluang bisnis. Indonesia saat ini tergantung LPG dan BBM impor, cadangan BBM juga tahan kisaran 9,5 tahun lagi, harus ada solusi untuk energi masa depan,” ungkap Bobby.

Dia mengungkapkan potensi gas bumi yang relatif banyak oleh karena itu penting distribusi mulai sumber sampai titik pengguna, baik untuk industri maupun untuk jargas rumah tangga, apartemen dan sebagainya. Pengusaha perlu hitung-hitungan yang feasible yang ujungnya untuk membantu peningkatan energi.

“Semangat pemerintah untuk kerja sama dengan Kadin kita sambut baik. Yang penting pasokan gas dari mana sumbernya, lewat mana. Kalau demand tidak khawatir, pasti akan laku. Secara prinsip, Kadin dan BPH Migas siap tindak lanjut dengan MoU, sekaligus nanti mendetailkan sektor-sektor yang bisa dikerjasamakan,” kata Bobby.(RI)