JAKARTA – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menjadikan metode Enhanced Oil Recovery (EOR) sebagai salah satu strategi utama dalam meningkatkan produksi minyak nasional. Hanya saja ada satu tantangan yang dimiliki jika mau mengimplementasikan EOR dengan menginjeksikan bahan kimia yakni keterbatasan bahan kimia itu sendiri.

Salah satu lapangan yang direncanakan akan gunakan EOR dengan bahan kimia adalah lapangan Minas, blok Rokan. Hanya saja PT Pertamina (Persero) tidak memiliki salah satu formulabaham kimia yang dibutuhkan.

Dadan Kusdiana, Pelaksana tugas Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian ESDM, menyatakan ada peluang Balitbang mensuplai surfaktan untuk keperluan EOR. Salah satunya tentu bisa saja dimanfaatkan di blok Rokan.

Menurut Dadan uji coba EOR sintesa surfaktan berbasis nabati tengah dilakukan di beberapa lapangan minyak salah satunya Lapangan Jirak milik Pertamina EP.

“Jadi kami mencoba membuat dan bekerja sama dengan pertamina untuk membuat hal ini,” kata Dadan dalam Rapat Dengan Pendapat bersama Komisi VII, Senin (30/11).

Untuk memproduksi surfaktan yang jadi komponen utama dalam pembuatan surfaktan dengan menggandeng PT Petrokimia Gresik dalam proses pengembangannya. “Karena mereka yang jago di sisi sintesa,” ungkapnya.

Saat ini Kementerian ESDM juga tengah kembangkan bahan kimia untuk keperluan EOR tersebut di Surfactant and Bioenergy Research Center (SBRC) – Institut Pertanian Bogor (IPB).

Kementerian ESDM melalui Kelompok Pelaksana Penelitian dan Pengembangan (KP3) Teknologi Eksploitasi PPPTMGB LEMIGAS mengklaim telah lama mengembangkan surfaktan untuk EOR dalam upaya peningkatkan produksi lapangan minyak. Metode ini berfungsi menurunkan tegangan antar muka air-minyak. Minyak yang terperangkap di batuan dapat terlepas setelah didorong oleh larutan surfaktan yang memenuhi kriteria EOR.

I Ketut Rusnaya Direktur Produksi PT Petrokimia Gresik mengklaim bahwa petrokimia memiliki unit produksi asam sulfat dengan kapasitas 2 x 1.800 TPD, sebagai sumber gas SO3 untuk bahan baku surfaktan. Perusahaan juga telah bekerja sama dengan SBRC IPB terkait uji coba mini plant sebagai pabrik pembuatan surfaktan sejak Maret 2020.

PT Petrokimia Gresik menyuplai gas SO3 dari pabrik asam sulfat dan membeli bahan baku methyl ester yang diproduksi SBRC IPB di Gunung Putri, Bogor. Pembangunan pabrik surfaktan skala besar dapat dibangun melalui sinergi bersama dengan Badan Litbang ESDM.

Sekretaris Jenderal Dewan Energi Nasional (DEN) Djoko Siswanto meminta agar proses kajian untuk mencari formula EOR di Blok Rokan dapat segera dilakukan.

Ia yakin formula tersebut bisa ditemukan karena memiliki pusat penelitian dan pengembangan teknologi minyak dan gas bumi. Misalnya, Lemigas, PT LAPI Laboratories, dan Institut Teknologi Bandung.

“Kita punya banyak expert (ahli), duit risetnya bisa dicari. Masa nggak bisa menemukan satu formula yang tidak diberikan oleh Chevron,” kata Djoko. (RI)