JAKARTA – Pemerintah merevisi target kapasitas pembangkit Energi Baru Terbarukan (EBT) menjadi sebesar 19.243 megawatt (MW) pada 2024 atau hanya bertambah sekitar 9 ribu MW lebih dibanding kapasitas 2019 sebesar 10.157 MW. Target tersebut jauh lebih rendah dari Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) yang dipatok 45 ribu MW pada 2025.

Arifin Tasrif, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), mengatakan rendahnya pertumbuhan permintaan listrik masyarakat berpengaruh besar terhadap pengembangan pembangkit listrik, termasuk energi baru terbarukan. “Target (tambahan) sekitar 9 ribu MW sampai 2024. Baurannya terdiri dari banyak sumber energi, seperti hidro, surya, biomassa, bayu, panas bumi, dan sebagainya,” kata dia dalam rapat kerja dengan Komisi VII DPR RI di Jakarta, Senin (27/1).

Berdasarkan data Kementerian ESDM, pada tahun ini, kapasitas pembangkit listrik energi terbarukan ditargetkan bertambah 700 MW menjadi 10.843 MW. Selanjutnya kapasitas akan naik 1.000 MW menjadi 11.843 MW pada 2021. Kemudian bertambah lagi menjadi 13.743 MW pada tahun 2022, lalu menjadi 15.543 MW pada 2023, dan mencapai 19.243 MW pada 2024.

Meskipun target kapasitas pembangkit energi terbarukan jauh dibawah targer RUEN, pemerintah memastikan porsinya masih sesuai dengan target RUEN sebesar 23%.

Harris, Direktur Aneka Energi Terbarukan Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) menjelaskan bahwa kapasitas yang lebih rendah lantaran penambahan pembangkit listrik sesuai dengan pertumbuhan kebutuhan setrum yang rendah. Revisi target ini sesuai dengan Rencana Umum Pembangkit Tenaga Listrik (RUPTL) yang disusun bersama dengan PT PLN (Persero). Dia menuturkan bahwa dalam RUPTL target kapasitas terpasang pembangkit EBT sekitar 20 ribu MW.

“Dengan demang sekarang hanya [tumbuh] 5%, PLN prediksi cukup untuk memenuhi kebutuhan dengan tambahan kapasitas [energi terbarukan] 20 ribu MW,” kata Harris.(RI)